Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

20 Oktober 2009

CATATAN FILSAFAT

SUAR SUROSO:

DIALEKTIKA
SENJATA MELAWAN PEMB0DOHAN

(8)

VIII. HUKUM PERALIHAN
PEROBAHAN-PEROBAHAN KWANTITATIF
MENJADI PEROBAHAN KWALITATIF.

Pembodohan kian berlarut. Baru saja diumumkan, bahwa Mahkamah Agung memutuskan membenarkan gugatan atas majalah TIME yang mencemarkan nama baik Soeharto dan mendendanya satu trilyun rupiah. Ini lagi-lagi pembodohan tingkat tinggi. Majalah TIME yang memaparkan kenyataan korupsi Soeharto, dinyatakan Mahkamah Agung sebagai mencemarkan nama baik Soeharto. Membela cemarnya nama Soeharto itu bukankah satu pembodohan ? Mengenai cemarnya nama Soeharto, Umar Said menulis: kalau kita buka Google lewat Internet, dan kita ketik kata kunci -Soeharto korupsi- dalam Google versi Indonesia, maka akan tersedia macam-macam bahan tentang korupsi keluarga Soeharto sebanyak 37.500 halaman. Kalau diketik dalam Google versi Inggris kata-kunci -Soeharto corruption- , maka tersedia berbagai bahan dalam 249.000 halaman !!! Dengan menyimak bahan-bahan yang bisa banyak didapat dari Google, maka jelas sekalilah bagi siapa pun bahwa nama baik Soeharto sudah sangat tercemar di dunia internasional, dan sejak lama sekali.
Sebagaimana majalah TIME, umum pun tahu, bahwa George Junus Aditjondro juga telah berjasa dalam memaparkan kenyataan korupsi Soeharto itu. Pemaparan kejahatan Soeharto ini jelaslah bernilai patriotis. Tapi menyalahkan perbuatan ini, sebagaimana yang dilakukan Mahkamah Agung adalah pembodohan. Adalah ancaman terhadap pers. Bahkan tantangan terhadap rakyat yang kian keras menuntut diadilinya Soeharto atas dosa-dosanya.
Sementara itu kini mulai mencuat lagi suara menyatakan Pancasila itu sakti, hingga harus dirayakan Hari Kesaktian Pancasila. Memistikkan dasar negara jelaslah pembodohan. Sesudah berkoar-koar tentang Indonesia akan berlepas-landas tahun 2000, ternyata rezim orba Soeharto justru menghasilkan ekonomi Indonesia terpuruk di awal abad ke-XXI. Kini muncul suara, Indonesia akan jadi negara nomor lima besar dalam kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2030. Mengiming-imingi rakyat dengan angan-angan harapan kosong juga adalah satu pembodohan.

Pembodohan di Indonesia kian bersimarajalela. Tapi ini tidaklah abadi. Akan terjadi perobahan. Segala-galanya isi alam semesta berobah terus menerus. Mulai dari benda-benda langit di tata-surya, sampai manusia dan masyarakat, termasuk fikiran dan pandangan hidupnya. Yang berobah itu adalah hakekat atau kwalitas hal-ihwal tersebut.

Mengenal dan memahami kwalitas hal-ihwal adalah sangat penting. Setiap hari dalam kehidupan, kita menemui dan berhubungan dengan sesuatunya yang kita kenal dari kwalitasnya. Benda apa saja yang ditemui, selalu berada dalam jumlah atau ukuran tertentu. Nasi berada dalam ukuran sepiring nasi, sesendok nasi, empat gelas kopi, beberapa jilid buku, sekian banyak burung. Sepiring, sesendok, empat gelas, beberapa jilid, sekian banyak adalah ungkapan menunjukkan jumlah, menunjukkan ukuran banyak atau kwantitas dari nasi, kopi, buku, burung. Semua benda atau hal-ihwal yang dihadapi manusia selalu berada dalam kwantitas tertentu. Secara alamiah, terdapat hubungan kwantitas dengan kwalitas. Tak ada kwalitas tanpa kwantitas, demikian pula tak ada kwantitas tanpa kwalitas. Hubungan dialektis antara kwantitas dan kwalitas ini mempunyai arti filosofis.

Diperlukan ketelitian untuk mengenal dan memahami hakekat atau kwalitas hal ihwal. Hal-ihwal yang sederhana, mudah dibedakan dan dikenal kwalitasnya. Tapi yang rumit, tidaklah gampang mengenalnya. Batu dan air gampang dibedakan. Batu benda padat, air benda cair. Dua sifat benda ini tidak sulit dibedakan. Tapi bagaimana membedakan Partai Golkar dengan PDI-P ? Dua-duanya partai politik. Jadi sama. Tapi hakekat kwalitasnya tidaklah sama. Golkar semenjak lahirnya sudah ditentukan untuk melawan SOBSI dan PKI, untuk mencegah kemenangan kaum kiri dalam pemilihan umum, menentang politik-politik Bung Karno. Dalam rezim fasis Soeharto, Golkar adalah tulang punggung kekuasaan orba bersama Angkatan Darat. Golkar adalah pembela tangguh Soeharto hingga bisa berkali-kali memenangkan mutlak pemilihan Soeharto sebagai Presiden. Golkar adalah tulang-punggung penting kediktatoran orba. Sampai sekarang Golkar tetap menduduki tempat berkuasa. Sedangkan PDI-P lahir dari PNI dan berbagai Partai Politik lainnya yang dulunya mendukung politik Bung Karno, termasuk mendukung persatuan nasional berporos Nasakom, pernah punya sejarah ditindas Soeharto hingga terjadi Peristiwa Tujuh Juli, demi menyingkirkan Megawati dari kedudukan memimpin PDI-P. Sementara kadernya masih ada yang bersuara membela Marhaenisme Bung Karno. Dengan demikian kwalitas dua partai politik ini tidak lah sama. Untuk mengenal hakekat kwalitas sesuatunya diperlukan penelitian akan sifat-sifat, sikap-sikapnya dalam berhubungan dengan yang ada di sekitarnya, diperlukan pengetahuan tentang kekhususan hal ihwal tersebut. Tidak bisa secara gampang-gampangan dan subjektif menetapkannya. Kerancuan mengenai sejarah Indonesia terjadi justru karena tidak ilmiah menetapkan kwalitas atau hakekat peristiwa-peristiwa bersejarah. Peristiwa Madiun dinyatakan sebagai pemberontakan PKI. Pada hal, ini adalah proses pembasmian pimpinan utama PKI, sebagai realisasi strategi PERANG DINGIN yang dikobarkan Amerika Serikat dalam rangka membasmi komunisme dunia. Tanpa bukti-bukti yang meyakinkan, G30S pun dinyatakan sebagai pemberontakan PKI. Kesalahan menentukan kwalitas hal ihwal bisa menimbulkan akibat yang fatal. Berapa banyak warga negara Indonesia yang sampai kini mengalami persekusi diskriminasi akibat kesalahan penguasa menilai kwalitas peristiwa G30S.

Pengenalan manusia atas hal-ihwal sekelilingnya selalu berobah maju, sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Dikala ilmu fisika masih jauh terbelakang, filosof materialis Demokritus (sekitar 460-370 SM) mengatakan, bahwa -Hanya pada perasaan manusia ada warna, aroma wangi, bau busuk ; sebenarrnya yang ada di alam raya itu hanyalah atom dan ruang hampa-. Pandangan ini masih didukung oleh Galileo Galilei (1564-1642), yang menyatakan, bahwa jika kita membuang telinga, lidah dan hidung, maka yang tinggal adalah bentuk-bentuk benda dan gerak, tapi tidak terdapat bunyi suara, rasa enak, bau wangi dan busuk; maka di luar manusia tak ada lagi selain dari ruang hampa. Adanya warna dan aroma dianggap tergantung pada perasaan manusia, bukan secara objektif ada di alam raya. Dalam abad ke- XVII-XVIII, orang membedakan benda-benda dari sifat-sifat mekhaniknya, yaitu dari sifat-sifat keras dan lembut, cair dan padat. Ini didukung oleh teori mekhanika Newton yang sangat besar pengaruhnya dalam fisika di zaman itu. Dari mencermati panas dan api, orang menganggap api itu adalah terdiri dari satu zat yang dinamakan flogiston. Lahirlah teori flogiston, yang mendahului perkembangan ilmu kimiah. Fisika berkembang pesat berkat ditemukannya mikroskop, dan kemajuan di bidang optika, maka dengan analisa spektrum, tambah diketahui sifat-sifat warna, hingga dengan perkembangan teori elektro-magnet sampai ditemukan bahwa warna sinar merah itu adalah getaran elektro-magnet dengan frekuensi 450 trilyun dalam satu detik, dan warna biru adalah getaran elektro-magnet dengan frekuensi 620 trilyun dalam satu detik. Jadi warna itu ada secara objektif, bukan tergantung pada perasaan manusia. Kemudian diketahui bahwa api itu bukanlah bersumber pada zat flogiston, tapi karena terjadinya reaksi kimiah persenyawaan dengan oksigen. Jadi sampai abad ke-XVIII masih ada benda-benda alam yang belum diketahui manusia kwalitasnya. Kwalitas satu hal-ihwal tidaklah tergantung pada kemauan manusia, tetapi ada secara objektif pada hal-ihwal tersebut. Hakekat atau kwalitas satu hal ihwal adalah keseluruhan ciri-cirinya, yang membedakannya dengan benda atau hal-ihwal lainnya. Perobahan satu hal ihwal terjadi, bila kwalitasnya itu berobah.

Manusia lahir, dari bayi menjadi remaja, kemudian jadi orang dewasa, selanjutnya jadi tua bangka, akhirnya meninggal, jadi mayat. Manusia berobah jadi mayat. Manusia dan mayat adalah dua kwalitas yang berbeda. Dengan meninggal, terjadi perobahan manusia jadi mayat. Yang berobah adalah kwalitas manusia. Perobahan ini adalah perobahan kwalitatif. Dalam alam raya, terus menerus terjadi perobahan kwalitas hal-ihwal, terjadi perobahan-perobahan kwalitatif. Air berobah menjadi uap, yaitu benda cair berubah jadi uap. Atom Uranium berobah jadi Helium dalam proses transmutasi nuklir. Dalam sejarah terjadi perobahan-perobahan kwalitatif masyarakat, masyarakat komune primitif berobah menjadi masyarakat perbudakan. Masyarakat perbudakan berobah jadi masyarakat feodal. Dalam sejarah Indonesia, selama abad ke-XX terjadi perobahan masyarakat jajahan Belanda menjadi masyarakat jajahan Jepang; masyarakat jajahan Jepang berobah jadi masyarakat merdeka. Masyarakat manusia mengalami perobahan-perobahan kwalitatif dalam sejarah.

Dalam perkembangan sejarah, ilmu pengetahuan juga mengalami perobahan-perobahan kwalitatif. Dari materialisme Demokritus (sekitar 460-370 SM) yang mengajarkan unsur materi terkecil adalah atom yang tak bisa dibagi lagi, berkembang dengan ajaran Leukippos (sekitar 500-440 SM) yang mengajarkan adanya ruang hampa yang tak terhingga, atom-atom itu bergerak di dalam ruang hampa itu, dan Epikurus (341-270 SM) menambahkan lagi bahwa gerak-gerak atom itu adalah disebabkan oleh kekuatan dalam atom itu sendiri. Muncul pula aliran yang menyatakan adanya kekuatan luar yang menentukan gerak materi. Dunia filsafat jadi terbagi dua kubu. Materialisme dan idealisme. Pandangan materialisme yang menyatakan materi yang utama dan ide sekunder, bertarung terus dengan idealisme yang menyatakan ide yang utama dan materi adalah sekunder. Sampai kini difahami, bahwa masalah terpokok dalam filsafat adalah masalah hubungan antara ide dan materi, antara fikiran dan kenyataan. Sampai pada materialisme Feurbach (1829-1880) yang metafisis dan dijungkir-balikkan oleh Marx (1818-1883) menjadi materialisme dialektis.

Demikian pula metode berfikir. Metode berfikir dialektika yang bersumber pada ajaran Herakleitus (sekitar 544-483 SM) Panta Rhei, segala-galanya mengalir, segala-galanya berobah berkembang. Metode berfikir ini berkembang sampai dialektika Hegel (1770-1831) yang idealis. Selanjutnya dijungkir-balikkan Marx menjadi dialektika materialis. Perobahan-perobahan terjadi terus menerus. Satu abad yang lalu, tahun 1908, materialisme Marx dikembangkan oleh Lenin dengan karyanya MATERIALISME DAN EMPIRIOKRITISISME. Dalam karyanya ini Lenin memaparkan kritik atas kaum empirio-kritisis, penganut faham materialisme yang subjektif-idealis, yaitu yang menganut faham Mach-isme untuk menggantikan Marxisme. Mach-isme sesungguhnya adalah penganut idealisme subjektif dan agnostisisme. Dalam karyanya ini Lenin memaparkan sesuatunya yang baru, yaitu sifat filsafat Marxis yang memihak, membantah pandangan burjuasi yang menyatakan filsafat itu netral, objektif tanpa memihak. Filsafat Marxis adalah memihak kaum tertindas, adalah berwatak klas. Karena itu materialisme dialektis dimusuhi oleh burjuasi. Juga dipaparkan pemahaman tentang materi, ruang dan waktu, pengalaman, sebab dan akibat, kebebasan dan keharusan. Lenin juga mendalami masalah metode berfikir dialektika. Secara brilyan mengajukan dalam karya TENTANG MASALAH DIALEKTIKA bahwa inti dialektika adalah hukum kontradiksi. Belajar dari Lenin, tujuh puluh tahun yang lalu, tahun 1937, Mao Zedong tampil dengan karyanya TENTANG KONTRADIKSI yang memaparkan secara populer salah satu hukum dialektika materialis, tentang metode berfikir Marxis. Yang lama digantikan yang baru. Dalam yang baru masih terdapat unsur-unsur yang lama. Marxisme adalah ilmu sosial yang menyerap semua pandangan pendahulunya: filsafat materialisme dan dialektika Jerman, ekonomi politik Inggeris serta teori sosialisme Perancis. Dengan sumbangan Lenin di bidang filsafat, ekonomi politik, pembangunan partai klas pekerja dan plan pembangunan sosialisme, Marxisme berkembang menjadi Marxisme-Leninisme. Praktek pelaksanaan Marxisme-Leninisme di berbagai negeri melahirkan pengalaman yang disimpulkan menjadi teori. Di Tiongkok Marxisme-Leninisme berkembang menjadi Fikiran Mao Zedong, Teori Deng Xiaoping, Fikiran Penting Tiga Mewakili dari Jiang Zemin dan Pandangan Ilmiah Tentang Perkembangan dari Hu Jintao. Di Korea Marxisme-Leninisme berlanjut menjadi ajaran Juche dari Kim Il Sung. Di Vietnam berkembang dengan Fikiran Ho Chi Minh. Di Kuba, Marxisme-Leninisme tetap menjadi ideologi pembimbing Partai Komunis Kuba dibawah pimpinan Fidel Castro. Perobahan-perobahan terjadi, yang baru adalah lebih maju, tapi tetap mengandung unsur pokok yang lama. Adalah tidak benar yang menyatakan bahwa Marxisme itu sudah ketinggalan zaman. Kenyataannya ialah, Marxisme berkembang terus.

Pengalaman hidup mengajarkan, bahwa perobahan kwalitatif satu hal ihwal terjadi liwat satu proses tertentu. Perobahan bayi membesar jadi remaja, remaja jadi orang dewasa, orang dewasa jadi tua bangka adalah perobahan yang dialami manusia hidup. Terjadi perobahan, tapi kwalitas manusia tidak berobah. Perobahan ini adalah perobahan kwantitatif. Ketika manusia meninggal, manusia berobah jadi mayat, maka terjadilah satu loncatan, yaitu terjadi perobahan kwalitas hal-ihwal. Perobahan ini adalah perobahan kwalitatif. Perobahan kwantitatif beralih menjadi perobahan kwalitatif. Perobahan kwalitatif terjadi sebagai satu loncatan dari perobahan-perobahan kwantitatif . Perobahan kwantitatif berlangsung dengan berangsur-angsur. Ini adalah salah satu hukum pokok dialektika. Hukum ini berlaku dalam semua perobahan hal ihwal. Mengenal dan menguasai perobahan-perobahan kwantitatif adalah sangat penting untuk mengendalikan perobahan hal-ihwal. Perobahan-perobahan kwantitaif yang berlangsung secara berangsur-angsur, dapat dan perlu dikendalikan untuk mencapai tujuan perobahan kwalitatif.

Naik panggungnya Soeharto dengan menggulingkan Bung Karno adalah perobahan kwalitas kekuasaan negara RI. Dari Pemerintah yang tangguh melawan imperialisme berobah jadi mengekor Amerika Serikat. Perobahan ini adalah perobahan kwalitatif. Perobahan ini terjadi liwat perobahan yang berangsur-angsur, liwat perobahan-perobahan kwantitatif. Dimulai dengan Soeharto membangkang pada Panglima Tertinggi dengan menentang pengangkatan jenderal Pranoto sebagai Panglima Angkatan Darat, menciptakan syarat lahirnya Surat Perintah Sepuluh Maret, menyalah-gunakan Surat Perintah Sepuluh Maret dengan membubarkan PKI, menangkapi Menteri-Menteri pembantu setia Bung Karno, memecat para pendukung Bung Karno dari MPRS Gotong Royong, liwat MPRS yang sudah dikebiri itu mengambil keputusan menolak pedato Nawaksara Bung Karno, maka dicabut lah mandat MPRS pada Bung Karno, dan Soeharto diangkat jadi pejabat Presiden dan akhirnya jadi Presiden. Terjadilah perobahan kwalitatif dalam kekuasaan negara RI. Perobahan kwalitatif terjadi liwat perobahan-perobahan kwantitatif.

Tiga puluh dua tahun kekuasaan Soeharto berlangsung liwat kediktatoran militer yang maha kejam. Dengan tulang punggung Angkatan Darat dan Golkar, Soeharto menjadikan Indonesia neraka dunia. Pembantaian atas manusia yang mengorbankan manusia tak bersalah dalam jumlah yang tak ada taranya dalam sejarah, membikin halaman paling gelap dalam sejarah Indonesia. Pembodohan yang melanda Indonesia dewasa ini adalah buah dari kediktatoran orba selama hampir sepertiga abad. Begitu rendahnya pembodohan itu sampai Pancasila dinyatakan sakti, hingga ada peringatan Kesaktian Pancasila. Hanyalah dengan perobahan kwalitas kekuasaan negara RI, yaitu tuntasnya dilenyapkan kekuasaan orba, barulah pembodohan itu dapat dihilangkan. Haruslah disadari, bahwa hal ini tidaklah gampang. Rezim militer fasis yang menodai sejarah Indonesia ini bisa bertahan hampir sepertiga abad karena didukung oleh kekuasaan adikuasa dunia Amerika Serikat. Tapi kedudukan Soeharto yang demikian kokoh itu pun tidak lepas dari hukum dialektika sejarah, yaitu tidak lah abadi, dan bisa berobah, hingga Soeharto lengser. Lengsernya Soeharto tidaklah membawa perobahan kwalitatif pada kekuasaan negara RI. Yang terjadi hanyalah perobahan kwantitatif. Perobahan kwalitatif kekuasaan negara mungkin dan bisa terjadi. Rakyat akan bangkit berjuang untuk itu.

Disamping itu rakyat harus dibebaskan dari belenggu cara berfikir yang tidak ilmiah. Harus dilenyapkan kebiasaan serba-percaya dan serba-menerima. Harus ditegakkan cara berfikir ilmiah, menggunakan metode berfikir dialektika materialis, cari kebenaran dari kenyataan, segala-galanya bertolak dari kenyataan.

*******
15-9-2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog