Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

23 Oktober 2009

CATATAN FILSAFAT

SUAR SUROSO:

DIALEKTIKA
SENJATA MELAWAN PEMBODOHAN

III. MATERIALISME DALAM ILMU SOSIAL.

Dalam sejarah, awal abad ke XX mencatat kemenangan besar materialisme-historis dengan dimenangkannya revolusi sosialis Oktober 1917 dibawah pimpinan Lenin. Ini disusul oleh pembangunan sosialisme dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Sukses ini mendemonstrasikan kemenangan materialisme-historis yang menjadi ideologi pembimbing Partai Komunis Uni Sovyet. Kemenangan selanjutnya di pertengahan abad ke XX ditunjukkan oleh kemenangan Uni Sovyet dibawah pimpinan Stalin bersama negara-negara Sekutu dalam Perang Dunia kedua, kemenangan perang melawan fasisme. Kemudian disusul dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seusainya Perang Dunia.

Tapi, dengan dicampakkannya materialisme-historis oleh N.S.Khrusycyov, yaitu dengan melaksanakan gagasannya Negara Seluruh Rakyat dan Partai Seluruh Rakyat yang meninggalkan ajaran klas dan perjuangan klas, dan dilanjutkan lagi oleh M.S.Gorbacyov dengan PYERYESTROIKA I NOVOYE MISHLYENIYE (Perestroika Dan Pemikiran Baru), yaitu dengan dicampakkannya ajaran Marx dan Lenin tentang diktatur proletariat, serta selanjutnya dengan sukarela mencabut fasal Konstitusi Uni Republik-Republik Sovyet Sosialis (URSS) yang menjamin kedudukan memimpin dari PKUS, maka URSS ambruk, dan lenyap dari peta politik dunia. Banyak faktor yang menyebabkan ambruknya URSS. Tapi bukannya ajaran Marxisme-Leninisme itu yang salah, atau sudah bangkrut. Dicampakkannya materialisme-historis, dicampakkannya filsafat Marxisme adalah akar dari kehancuran URSS. Dan ini disusul oleh brantakannya negara-negara sosialis Eropa Timur.

Demikian pula pengalaman sejarah Indonesia. Meninggalkan materialisme-historis menimbulkan bencana. Peristiwa Madiun, bukanlah pemberontakan PKI, tapi proses pembasmian pimpinan utama PKI. Terpukulnya PKI bersumber pada tidak ditrapkannya materialisme-historis dalam menilai sahabat dan musuh revolusi. Pimpinan PKI, Bung Amir Sjarifoeddin menilai Masjoemi yang sudah anti-komunis, yang dalam Urgensi Program Partainya menyatakan anti-komunisme, tetap dianggap sebagai sahabat untuk bersatu dalam Front Nasional melawan Belanda. Masjoemi diajak dan dimasukkan dalam kabinet Bung Amir, wakilnya diikut-sertakan dalam perundingan Renville. Pada saat kritis, Masjoemi membalik jadi oposisi, mencabut dukungan atas Persetujuan Renville, menarik Menteri-Menterinya dari kabinet. Menghadapi oposisi ini, dengan sukarela Perdana Menteri Amir Sjarifoeddin meletakkan jabatan. Ini berarti mencampakkan ajaran pokok materialisme-historis, yaitu kekuasaan negara adalah masalah pokok dalam revolusi. Begitu Bung Amir Sjarifoeddin meletakkan jabatan, maka dalam rangka pelaksanaan strategi PERANG DINGIN, strategi the Policy of Containment -- pembasmian atas komunisme di dunia -- yang digalakkan Amerika Serikat, lapanglah jalan untuk menjadikan PKI bulan-bulanan buat dibasmi. Masjoemi masuk kabinet baru, dengan program pertama justru untuk melaksanakan Persetujuan Renville. Berkali-kali pimpinan PKI mengajak pimpinan Masjoemi untuk menggalang Front Persatuan Nasional melawan Belanda, tapi ditolak oleh pimpinan Masjoemi yang dengan tegas mengajukan semboyan anti imperialisme dan anti komunisme.

Demikian pula, tak berdayanya PKI menghadapi pukulan akibat Peristiwa G30S, bersumber pada kesalahan pimpinan PKI yang meninggalkan ajaran materialisme-historis dalam menilai kekuatan bersenjata RI. Pimpinan PKI menilai dan mengajarkan bahwa ABRI adalah anak rakyat. Kwalitas ABRI tidak ditinjau secara materialisme-historis, yaitu tidak melihat hakekat Angkatan Darat, bahwa pimpinan tertinggi Angkatan Darat dikuasai oleh perwira-perwira hasil didikan Akademi-Akademi Militer AS. Maka justru adalah Angkatan Darat yang selama ini oleh pimpinan PKI dinyatakan sebagai anak rakyat, melakukan pembasmian atas PKI.

Pada akhir abad ke-XX dan awal abad ke-XXI, kemenangan-kemenangan materialisme di demonstrasikan di negara-negara yang menjalankan pembangunan dengan mentrapkan sistim sosialisme. Tiongkok menempuh jalan sosialisme berkepribadian Tiongkok, dengan menjalankan reform dan politik terbuka terhadap dunia luar. Tiongkok yang terbelakang, telah bangkit bagaikan naga menggeliat di ufuk Timur. Pertumbuhan ekonomi nasional Tiongkok berlangsung dengan rata-rata lebih sepuluh persen tiap tahun selama lebih dari dua dasa-warsa. Tiongkok berhasil membebaskan ratusan juta rakyat dari kemiskinan, membangun bendungan raksasa Tiga Ngarai di Sungai Yangtse, bendungan pembangkit tenaga listrik air terbesar di dunia; membangun jalan kereta api Qinghai-Tibet, jalan kereta api tertinggi dari permukaan laut di dunia; mengorbitkan pesawat ruang angkasa dengan satu dan dua awak pesawat; siap melontarkan pesawat ruang angkasa untuk penelitian rembulan, bisa memprodusir dan mengekspor semua komoditi yang dihasilkan negeri kapitalis, mulai dari yang sederhana sampai pada yang paling rumit. Berbagai Rumah Sakit Tiongkok berhasil banyak dalam melakukan operasi cangkok ginjal dan cangkok hati. Para ahli fisika Tiongkok telah berhasil melakukan eksperimen fusi nuklir, yang menghasilkan energi maha besar bagaikan energi matahari. Sejumlah pakar ahli ekonomi dunia menilai, bahwa kekuatan ekonomi Tiongkok sudah mencapai taraf kedua di dunia sesudah Amerika Serikat. Sukses-sukses pembangunan sosialisme berkepribadian Tiongkok ini mendemonstrasikan kemenangan materialisme-historis, dasar filsafat dari ideologi pembimbing Partai Komunis Tiongkok yang memimpin negara Republik Rakyat Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok dibawah pimpinan Sekretaris Jenderal Hu Jintao, menjunjung tinggi ideologi pembimbing Marxisme-Leninisme, Fikiran Mao Zedong, Teori Deng Xiaoping dan Fikiran Penting Tiga Mewakili, serta secara menyeluruh melaksanakan pandangan ilmiah tentang perkembangan. Dalam pembangunan sosialisme berkepribadian Tiongkok, yang menjadi tujuan sampai pertengahan abad ini adalah membangun masyarakat Tiongkok yang cukup sejahtera dan harmonis.

Perkembangan pesat perekonomian Vietnam juga adalah demonstrasi kemenangan materialisme-historis yang menjadi filsafat ideologi pembimbing Partai Komunis Vietnam. Vietnam yang penuh puing akibat perang agresi Amerika Serikat selama belasan tahun, kini bangkit sebagai kekuatan ekonomi baru di Asia Tenggara. Bukan hanya mampu mencukupi makanan untuk rakyatnya sendiri, Vietnam telah menjadi eksportir beras, termasuk ke Indonesia. Kemajuan pesat perekonomian Vietnam ini adalah berkat pimpinan bijaksana dari Partai Komunis Vietnam, yang menjunjung tinggi ideologi pembimbingnya Marxisme-Leninisme dan Fikiran Ho Chi Minh dengan materialisme-historis dasar filsafatnya. Demikian pula Kuba yang membangun sosialisme dibawah pimpinan Partai Komunis Kuba yang diketuai Fidel Castro. Dan Republik Rakyat Demokrasi Korea, bergumul mengatasi kesulitan demi kesulitan, sampai kini tetap bertahan dalam melaksanakan pembangunan negerinya, yang setengah abad yang lalu hancur lebur karena perang Korea yang dilancarkan Amerika Serikat. Kekuatan bertahannya ini didasari oleh materialisme-historis, ideologi pembimbing Partai Pekerja Korea yang dibangun dibawah pimpinan Kim Il Sung dan dilanjutkan oleh penerusnya Kim Jong Il.

Akhir abad ke XX dan awal abad ke XXI mendemonstrasikan kemenangan-kemenangan besar fikiran atas khayalan, kemenangan otak yang berfikir atas otak yang berkhayal, kemenangan filsafat materialisme atas idealisme. Kini, berteladan pada Kuba, dengan Venezuela dibawah pimpinan Hugo Chavez berdiri di front depan, di Amerika Latin sedang berkobar gerakan maju rakyat yang ingin mewujudkan cita-cita sosialisme. Inilah kemenangan baru materialisme di Amerika Latin.

Dalam globalisasi yang tak terbendung sekarang ini, kemenangan materialisme di dunia akan menjalar ke Indonesia. Mata dan fikiran rakyat Indonesia tak selamanya bisa dibutakan. Cara berfikir rakyat akan berkembang maju. Pandangan materialisme dan metode berfikir dialektika pun akan jadi senjata melawan pembodohan di Indonesia.


*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog