Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

19 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di Asia

XI. PERANG VIETNAM (VI).

"Operasi Halilintar" –
Pemboman Vietnam Utara Besar-Besaran Demi Membendung Komunisme.

Setelah Senat dan Kongres Amerika menyetujui Resolusi mengenai Peristiwa Teluk Tongkin, berlangsunglah pemboman besar-besaran atas Vietnam Utara. Tapi perlawanan Pasukan Bersenjata Pembebasan meningkat dengan pesat. Pertempuran di Bensuc (Thudaumat) di daerah "segitiga besi" yang terkenal di Barat Daya Saigon berlangsung selama 7 hari, dari 12 sampai 18 Agustus 1964. Untuk pertama kali, Vietnam Selatan dan Amerika mengerahkan 14 batalyon, didukung oleh 100 helikopter. Serangan ini sia-sia menemukan pasukan gerilya. 3 bulan kemudian dilancarkan "pembersihan" yang kedua kalinya dengan melibatkan 700 pasukan, 3 kompi pasukan berkendaraan M.113, dan 115 pesawat terbang di bawah komando Nguyen Khanh dan seorang jenderal Amerika. Tanggal 18 dan 19 November 1964, sesudah pemboman besar-besaran dengan menggunakan bom-bom fosfor yang menghancurkan hutan Boiloi, maka secara bergelombang diterjunkan pasukan payung untuk mengepung pasukan gerilya. Tapi tak ada yang ditemukan. 20 November1964 pasukan gerilya muncul dari persembunyiannya dalam lobang-lobang perlindungan, menyerang pasukan-para yang masuk ke daerah Boiloi itu. Maka operasi "pembersihan" ini jadi gagal.

Kemenangan pasukan gerilya paling gemilang di tahun 1964 adalah dalam pertempuran Binhgia pada bulan Desember 1964. Binhgia adalah perkampungan strategis yang terletak di jalan raya No 2 dari Baria ke Xuanloc, 60 kilometer dari Saigon dan 65 kilometer dari Bien Hoa. Ini adalah bagian dari garis belakang Vung Tau, di mana terdapat markas komando pasukan Vietnam Selatan di bawah komando Amerika dan di mana telah mendarat satuan-satuan dari Armada ke-VII. Daerah ini dipertahankan dengan sebuah pangkalan udara yang kuat. Penduduk Baria yang umumnya terdiri dari buruh perkebunan telah digiring masuk "perkampungan strategis" dan daerah ini telah dijadikan jaringan pos-pos militer. Daerah Barat Daya pelabuhan ini dijaga dengan tiga sektor daerah militer: Ductanh, Longdien dan Datdo. Provinsi-provinsi Baria dan Bien Hoa telah digabung menjadi daerah militer khusus: Phuoc Bien. Di sepanjang jalan raya telah disemprotkan cairan beracun, hingga bersih dari tumbuh-tumbuhan, terutama jalan raya No 2 dan No 15. Binh Gia dianggap tak akan tertundukkan. 4 dan 5 Desember 1964, Pasukan Bersenjata Pembebasan menyerang dan membasmi Binh Gia. 5 Desember 1964, 15 helikopter HU-1B dengan diiringi 8 pesawat pemburu mendaratkan Batalyon 33 di bawah pimpinan seorang letkol Amerika dengan tugas menduduki kembali Binh Gia dan memperkuat Duc Tanh. Eskadron ke-III pasukan amfibi Resimen pertama Pasukan Berlapis Baja yang menjaga jalan raya No 13 (Thu Dau Mot) berusaha menyerang dan mengusir Pasukan Bersenjata Pembebasan dari jalan raya No 2. Tapi tak berhasil. 8 Desember 1964 pasukan gerilya menyerang daerah militer khusus Datdo 18 kilometer dari Baria. Pos militer Phuoctanh diserbu. Pagi hari 9 Desember 1964 pasukan helikopter 4 kali mendarat di Datdo untuk mengungsikan para korban dan yang luka-luka. Dengan cepat pasukan Vietnam Selatan mengerahkan Batalyon 33 rangers dan eskadron pasukan berkendaraan amfibi dari Ducthanh ke Baria. Juga dikerahkan pasukan komando ke 30 dan ke 38. Dalam pertempuran ini 3 helikopter dan sebuah pesawat terbang pengintai ditembak jatuh. Dalam tempo 90 menit seluruh eskadron pasukan kendaraan amfibi itu dibasmi. Tanggal 18 Desember 1964 sore, sebuah iring-iringan pasukan bermobil dari Baria ke Saigon disergap pasukan gerilya di jalan raya nasional No 15. Seluruh rombongan ini, termasuk 2 kendaraan lapis baja AM8 dan 5 truk dibasmi.

Tanggal 27-28 Desember 1964 berlangsung pertempuran di Binhgia dan Ducthanh. Tengah hari, helikopter-helikopter dengan diiringi pesawat-pesawat pemburu mendaratkan di Ductanh kira-kira 3 kompi rangers, bersama dengan batalyon-batalyon ke-30 dan ke-38 menerobos untuk menduduki Binhgia. Sesudah pertempuran sengit, mereka terpaksa mundur. Tanggal 29 Desember 1964, 50 helikopter mendaratkan batalyon ke-38 rangers di Selatan Binhgia. Pasukan gerilya melakukan serangan hebat, menjatuhkan 12 helikopter, 5 diantaranya bermuatan penuh dengan tentara. Dan 2 pesawat terbang Skyraiders meledak. Pasukan yang telah didaratkan itu pun terkepung. Pada hari itu juga, Pasukan Bersenjata Pembebasan membasmi pasukan komando ke-33, merebut semua senjata mereka, menawan 2 orang Amerika, menembak jatuh 14 pesawat terbang. Tanggal 30 Desember 1964, helikopter dalam jumlah besar mendaratkan pasukan marine di Timur Binhgia. Beberapa helikopter, satu diantaranya bermuatan 4 orang Amerika ditembak jatuh. Selama 4 hari 4 malam pertempuran, 5 orang Amerika terbunuh, 3 orang Amerika hilang, pasukan komando ke-33 dari pasukan marine ke-4 dibasmi, 24 helikopter dan pesawat Skyraider ditembak jatuh, 11 pesawat lainnya rusak.
Pada tingkat terakhir pertempuran tanggal 1 dan 2 Januari 1965, lebih dari 100 pesawat terbang menjatuhkan berton-ton bom di daerah sekitar Binhgia. Kemudian, 48 helikopter mendaratkan 3 batalyon pasukan para. Jadi pada hari ke-7 pertempuran, Vietnam Selatan di bawah komando Amerika telah mengerahkan 7 batalyon pasukan tempur. Pasukan para yang sudah demoralisasi maju dengan lambat dan hati-hati. Tiba-tiba pasukan gerilya melakukan serangan. Sebuah batalyon rangers dan pasukan berkendaraan lapis baja yang datang untuk memungut pasukan yang sudah korban dan luka-luka, masuk perangkap serangan mendadak. Dalam tempoh beberapa menit, separoh dari batalyon itu terbasmi, 13 kendaraan militer, antara lain 3 mobil amfibi, 4 tank habis terbakar hangus. Pertempuran Binhgia adalah yang terpanjang dalam berlangsungnya "Perang Khusus" dari tahun 1961 sampai 1964.

Pada kwartal pertama tahun 1964, Pasukan Bersenjata Pembebasan telah memusnahkan 45.260 orang pasukan Vietnam Selatan, termasuk 1.127 orang Amerika, membasmi 4 batalyon, 51 kompi, merebut 7.361 senjata bermacam ragam, menembak jatuh 111 pesawat terbang, menenggelamkan 26 kapal meriam, menghacurkan 275 kendaraan militer termasuk 93 M113.

“Selama tahun 1964, Pasukan Bersenjata Pembebasan melakukan lebih dari 40.000 pertempuran, membasmi 135.000 musuh, termasuk 2.100 orang Amerika, menembak jatuh atau menghancurkan 542 pesawat terbang dan helikopter, menghancurkan atau merusak 992 kendaraan militer, menenggelamkan atau merusak 292 kapal laut atau sungai, menghancurkan 139 posmiliter atau pusat latihan militer, merebut 17.500 senjata.” (The Failure ...1967: 89).

Sejak pertengahan tahun 1964, terutama setelah tak berhasilnya intensifikasi "Perang Khusus" di Vietnam Selatan, Amerika secara terang-terangan melakukan pemboman-pemboman di zone bebas daerah Laos, terutama di Xieng Khouang dan Sam Neua serta di provinsi-provinsi daerah bebas Laos. Yang sangat serius adalah penggunaan pesawat-pesawat semua jenis yang lepas landas dari kapal-kapal induk Armada ke-VII di Laut Tiongkok Selatan dan pangkalan-pangkalan Amerika di Thailand serta Vietnam Selatan. Pemboman dilakukan siang malam atas daerah bebas Laos dengan menggunakan bom-bom napalm, bom fosfor serta bom gas beracun yang menimbulkan korban atas rakyat tak berdosa, serta ladang-ladang pertanian dan daerah pedesaan.
Pada akhir 1964, Pasukan Bersenjata Pembebasan Vietnam kian berhasil mendekati Saigon. 80% daerah Trungbo berada di bawah pengawasan Pasukan Bersenjata Pembebasan. Oleh karena itu, Amerika mengambil langkah-langkah baru. Ketika itu, sudah terdapat 30.000 orang Amerika beroperasi di Vietnam Selatan. Pasukan-para dan Angkatan Laut Amerika menduduki Phubai, Danang, Vungtau, Bien Hoa. Dalam bulan Februari 1965, pesawat-pesawat terbang Amerika meningkatkan pemboman atas Vietnam Utara. "Perang Khusus" mencapai titik-titik kulminasinya. 7 Februari 1965, Presiden Johnson memerintahkan Angkatan Udara Amerika untuk membom Quang Binh-Vin Linh dengan dalih sebagai pembalasan atas serangan Pasukan Bersenjata Pembebasan terhadap Pleiku. Semenjak serangan 8 dan 11 Februari 1965, Amerika Serikat memperluas pembomannya atas Vietnam Utara meliwati garis lintang 20 derajat. Dalam pertempuran-pertempuran ini tanggal 7, 8 dan 11 Februari 1965, 22 pesawat jet Amerika ditembak jatuh dan mayor Robert Shumaker ditawan. 31 Maret 1965, pasukan pertahanan anti serangan udara menembak jatuh pesawat terbang Amerika yang ke-100 di provinsi Ha Tinh. 3 dan 4 April 1965, dengan berkordinasi erat antara milisia, pasukan pertahanan anti serangan udara, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Vietnam telah menembak jatuh 57 pesawat Amerika. Dalam 18 hari akhir April 1965, pasukan pertahanan Vietnam Utara telah menembak jatuh lagi 100 pesawat Amerika. 26 Juli 1965 pasukan roket anti serangan udara Vietnam Utara untuk pertama kali beraksi, menembak jatuh 3 pesawat phantom. Pada hari itu, di Phu Bo, telah ditembak jatuh pesawat Amerika yang ke-400.

September 1965 Pemerintah Johnson melegalisir penggunaan senjata gas racun di Vietnam. Perang kimiah sudah lama dipersiapkan dan dijalankan. Di awal tahun 1963, bahan-bahan kimiah beracun sudah disebarkan di provinsi-provinsi Ben Tre, Go Cong, My Tho, Tay Ninh, Gia Dinh, Phu Yen dan Gia Lai yang menimbulkan korban sebanyak 20.000 orang. Bahan-bahan kimiah beracun dengan konsentrasi tinggi telah dipergunakan yang mengakibatkan musnahnya tumbuh-tumbuhan, binatang ternak dan manusia. Yang dipergunakan antara lain adalah bahan-bahan berbahaya seperti dinitro-orthocresol DNC, kalsium ciyanide dan lain-lain. DNC yang berwarna kuning-oranye meracuni manusia dan binatang-binatang ternak dan membasmi tanam-tanaman. Dalam satu serangan atas desa Vinh Quang, provinsi Binh Dinh, tanggal 5 September 1965 satu batalyon marinir yang dikomandoi letkol Leon Utter sudah menggunakan 48 tabung gas beracun yang membunuh 35 orang dan melukai 19 orang, diantaranya 26 wanita dan 28 anak-anak. Selanjutnya penggunaan bahan kimiah beracun kian meluas. Termasuk gas sejenis CN Chloroacethophenon dan jenis DM Phenarsasine Chlorure atau Adamsit serta CS Thiophosgene. Gas-gas ini terkenal mengakibatkan keracunan mata, menyebabkan kulit melepuh, mengganggu pernafasan, merusak mata, mata berair, menimbulkan batuk, menyebabkan muntah-muntah, merusak organ pernafasan hingga menyebabkan kematian. Dari semua benua tampil gerakan mengutuk Amerika menggunakan gas beracun dalam Perang Vietnam. “Prof. J. Bernal, Presiden Dewan Perdamaian Dunia, Maret 1965 menyatakan, bahwa penggunaan bom-bom napalm dan gas beracun terhadap rakyat Vietnam adalah pelanggaran semua prinsip-prinsip hukum internasional oleh Pemerintah Amerika Serikat” (L'Escalade...1966: 24). 27 Maret 1965 Prof. Bertrand Russel menyatakan, bahwa penggunaan metode biadab dalam Perang Vietnam yang dilakukan Amerika Serikat adalah menentang kemanusiaan. Dalam keadaan tak dapat mengelak dari kenyataan, jurubicara Kementerian Luarnegeri Amerika Robert J. McCloskey menyatakan, bahwa penggunaan gas beracun di Vietnam tidaklah melanggar hukum internasional, karena Amerika Serikat tidak pernah menandatangani Protokol Jenewa tahun 1925 mengenai larangan penggunaan gas beracun. Dalam satu konferensi pers tanggal 24 Maret 1965 Dean Rusk menyatakan, bahwa gas beracun yang dipakai Amerika di Vietnam adalah termasuk senjata konvensional, dan hanya sedikit yang dipakai yang diluar kebiasaan. Wakil Menteri Pertahanan Amerika menyatakan, bahwa politik nasional Amerika Serikat tidak melarang penggunaan bahan-bahan beracun untuk menindas aksi-aksi massa..
Dalam tahun 1965, pesawat terbang Amerika telah melakukan 26.000 penerbangan, menjatuhkan 30.000 ton bom di daerah Republik Demokasi Vietnam. Jenderal W.Momyer yang mengomando grup penerbang ke-7 Amerika di Vietnam Selatan menyatakan, bahwa pada tahun 1966, kegiatan Angkatan Udara Amerika meningkat 6 kali dibanding dengan tahun 1965. US News & World Report 2 Januari 1967 menghitung, bahwa dalam tahun 1966, sebanyak 637.000 ton bom telah dijatuhkan di Vietnam. Menurut La Tribune Des Nations 14 Oktober 1966, dalam Perang Dunia kedua, jumlah bom yang dijatuhkan oleh pasukan Sekutu di medan perang Pasifik, termasuk Tiongkok, Birma dan India berjumlah 654.400 ton. Selama 4 tahun perang, Jepang ditimpa bom sebanyak 160.800 ton. Selama tiga tahun Perang Korea, Angkatan Udara Amerika telah menjatuhkan 448.366 ton bom. Menurut Kantor Berita A.P. 26 April 1967, dalam bulan Maret 1967 telah dijatuhkan sebanyak 77.000 ton bom.

29 Juni 1966, Presiden Johnson memerintahkan pemboman atas daerah sekitar Hanoi dan Haiphong. Tanggal 2, 4, 13 dan 14 Juli 1966 daerah pinggiran dan pusat kota Hanoi yang berpenduduk padat dibom besar-besaran. 29 April 1966 di Bac Thai ditembak jatuh pesawat Amerika yang ke-1000. Dan 14 Oktober 1966, di Nghe An, ditembak jatuh pesawat Amerika yang ke-1500. 5 Juni 1967, jam 11:20 ditembak jatuh pesawat Amerika yang ke -2000, yaitu sebuah pesawat F.8E-992 di daerah jembatan Ham Rong, provinsi Than Hoa. Pilotnya mayor Collins Haines yang lahir di New Jersey pada 3 Juni 1932 dengan nomor daftar 393.915 VFP83 yang berpangkalan di kapal induk Bon Homme Richard. Diantara 2000 pesawat yang telah ditembak jatuh, terdapat 50 tipe yang termodern. Jumlah ini sangat besar, mengingat negeri industri maju seperti Jepang hanya memiliki 1.104 pesawat terbang pada tahun 1967. Pada permulaan Perang Dunia ke-2 Amerika hanya memiliki tidak lebih dari 593 pesawat terbang di medan perang Pasifik.

Sesudah diumumkannya Resolusi Kongres mengenai "Peristiwa Teluk Tongkin", terjadi perbedaan pendapat di kalangan pejabat tinggi Pemerintah Amerika Serikat. Panglima baru Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Pasifik, jenderal Grant Sharp Jr dan Kepala Gabungan Kepala-Kepala Staf, jenderal Earle Wheeler berpendapat supaya dengan cepat dilancarkan pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sedangkan Menteri Pertahanan McNamara dan Menteri Luarnegeri Dean Rusk menentangnya. Mereka berpendapat supaya mengutamakan stabilitas Vietnam Selatan. Disamping itu, mereka mengusulkan agar dilangsungkan lagi pelaksanaan Patroli "Desoto" serta pesawat-pesawat terbang yang di kapal induk menjalankan aksi 34-A. Presiden Johnson menerima usul ini.
Dalam pada itu, Johnson sedang melakukan kampanye pemilihan Presiden. Lawannya yang utama adalah Barry Goldwater, yang mengambil sikap ultra anti-komunis dan keras terhadap Vietnam. Dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-65, Johnson mengemukakan, bahwa "Ada orang yang mengusulkan kepada saya, supaya kita mempergunakan pesawat-pesawat tempur melakukan pemboman besar-besaran atas daerah Vietnam Utara. Tapi saya berpendapat, kalau kita bertindak demikian, bisa memperluas peperangan, hasilnya ialah kita harus mengirim perajurit Amerika dalam jumlah besar ke medan perang Asia". "Politik Amerika terhadap Vietnam seharusnya adalah 'memberi nasehat', 'memberi pendapat-pendapat', 'bertindak sebagai mitra sejati', kita hanya berperan membantu mereka untuk berdiri sediri". (Quan Qiu Chu Ji 1997: 235). Berkali-kali diucapkan bahwa maksudnya tidaklah untuk memperluas perang. Dengan kampanye pemilihan Presiden yang demikian, Johnson memenangkan pemilihan presiden. Tapi ucapan tak sama dengan tindakannya. Perang kian berkobar.

Selanjutnya, Amerika melaksanakan 3 program sebagai berikut:
A. Melanjutkan pemboman atas Vietnam Utara, memperkuat Patroli Rahasia dan aksi 34-A, membom jalan raya "Ho Chi Minh" di dalam daerah Laos, memutus hubungan logistik pasukan gerilya dengan daerah belakang yang berupa sumber suplai bahan-bahan keperluan pertempuran.
B. Pemboman dilanjutkan dengan sasaran Ibukota Hanoi dan lapangan terbangnya Phu An serta menghancurkan jalan-jalan raya dan jembatan-jembatan yang menghubungkan Vietnam Utara dengan Tiongkok,
C. Dengan cara-cara lambat-lambat memberi tekanan, dengan tujuan melakukan serangan udara atas Vietnam Utara; mula-mula terhadap Laos kemudian Vietnam Utara.

18 Desember 1964 McNamara memutuskan untuk melaksanakan plan aksi dua tingkat: Yang pertama, selama 30 hari dengan dipusatkan terhadap jalanraya "Ho Chi Minh" melakukan dua kali pemboman dalam seminggu, tiap kali mengerahkan 4 pesawat terbang; yang kedua, perang udara, melakukan serangan pemboman selama 2 sampai 6 bulan yang ditujukan terhadap Vietnam Utara. Aksi ini, kemudian terkenal dengan "Aksi Halilintar" Dengan aksi-aksi yang demikian, Amerika mengharapkan mencapai tujuan.
Menteri Pertahanan McNamara berpendapat, bahwa tujuan Amerika bukanlah membantu sahabat, tetapi adalah untuk membendung Tiongkok. Oleh karena itu, Amerika tidak boleh mengambil sikap menunggu. Dia menegaskan, bahwa sekarang ini, politik menunggu hanya akan membawa kebangkrutan dan akan gagal.
3 Februari 1965, Presiden Johnson menugaskan George Bundy ke Vietnam Selatan untuk meneliti situasi, hingga bisa memutuskan mengenai harus atau tidaknya untuk merobah politik menghadapi Perang Vietnam.
7 Februari 1965 Pasukan Bersenjata Pembebasan menyerang Pleiku, sebuah pangkalan udara Amerika. Dalam serangan ini terbunuh 8 orang Amerika, luka 124 orang, dihancurkan 10 pesawat terbang. Presiden Johnson segera memerintahkan serangan balas. Dilangsungkan serangan pemboman besar-besaran yang disebut "Aksi Roket I". Dalam waktu kurang dari 14 jam, 49 pesawat terbang Angkatan Laut Skyhawks dan pesawat F8 yang lepas landas dari 2 kapal induk menyerang Vietnam Utara. Dalam tempo dua hari, pesawat tempur Amerika menyerang pangkalan-pangkalan militer Vietnam Utara sebanyak 70 kali.
10 Februari 1965 pasukan gerilya menyerang lagi pangkalan Amerika. Terbunuh 23 orang pasukan Amerika. Johnson memerintahkan serangan balas berupa "Aksi Roket II". 160 pesawat tempur dikerahkan menyerang Vietnam Utara.

Sekembali dari Vietnam, George Bundy menyampaikan laporan dan mengusulkan kepada Presiden Johnson untuk memperhebat pemboman atas Vietnam Utara, dan mengemukakan, bahwa perang ini akan berjangka panjang.Usul Bundy ini diterima oleh Presiden Johnson. Dan dinyatakannya supaya jangan diumumkan kepada pers, bahwa Perang Vietnam akan diperluas. Putusan Presiden Johnson ini mendapat dukungan dari mantan Presiden, jenderal Eisenhower. Jenderal Eisenhower menyatakan, bahwa tugas utama Amerika Serikat adalah membendung komunisme di Asia Tenggara, jika betul-betul diperlukan, bisa dikerahkan sampai delapan divisi pasukan Amerika Serikat di Vietnam Kalau Uni Soviet dan Tiongkok ikut berperang, mereka harus hati-hati menghadapi bahaya serangan senjata nuklir. Mendengar ini, Presiden Johnson merasa tidak gentar lagi untuk melakukan pemboman besar-besaran.
2 Maret 1965 dilancarkan "Operasi Halilintar" yang dahsyat. Pada hari itu, dikerahkan 123 pesawat tempur yang lepas landas dari kapal induk di Laut Tiongkok Selatan dan pangkalan-pangkalan di Vietnam Selatan untuk membom Vietnam Utara. Dalam permulaan tahun 1965 telah dilakukan pemboman dengan 55.000 serangan udara dan menjatuhkan 33.000 ton bom. Ini baru sebagian kecil dari pelaksanaan "Operasi Halilintar". Selama tiga tahun pelaksanaan "Operasi Halilintar", jumlah bom yang dijatuhkan sudah melebihi jumlah bom yang dijatuhkan di medan perang Eropa dalam Perang Dunia kedua. "Operasi Halilintar" adalah tindakan Amerika yang serius memperluas perang membasmi Republik Demokrasi Vietnam. Johnson menaruh harapan besar pada operasi ini. Ternyata dia keliru. Dengan pemboman-pemboman ini, Pemerintah Republik Demokrasi Vietnam tidaklah tunduk.

Dalam sebuah laporan rahasia Pentagon tentang Perang Vietnam dikemukakan bahwa sesudah dilancarkannya Operasi Halilintar, sikap Pemerintah Hanoi bukannya berobah jadi lunak, tapi bertambah lebih keras. Dalam pada itu, negeri-negeri yang menjadi sekutu Hanoi, terutama Uni Soviet lebih tidak mau mengusahakan mencapai persetujuan yang layak. Operasi Halilintar ini dimaksudkan untuk membikin Hanoi mau melangsungkan perundingan untuk menyelesaikan masalah Perang Vietnam. Sesudah sebulan melakukan pemboman besar-besaran, Vietnam Utara tidak sedikit pun beranjak dari posisinya. Maka pejabat-pejabat tinggi Amerika yang semula optimistis, menjadi ragu-ragu.

1 Maret 1965 Duta Besar Taylor di Saigon menemui Perdana Menteri Vietnam, menyampaikan berita bahwa telah direncanakan pendaratan pasukan marine Angkatan Laut Amerika Serikat di Vietnam Selatan, dan sebagai wakil Pemerintah Amerika Serikat meminta PM Pham supaya dengan resmi mengundang Angkatan Laut Amerika untuk mendaratkan pasukannya. Perdana Menteri Pham setuju menyampaikan "undangan" yang diminta itu. Maka pendaratan Angkatan Laut itu berlangsung pakai upacara penyambutan resmi. Jenderal Westmoreland sangat gembira atas undangan dan upacara penyambutan ini. Dengan pendaratan ini, secara menyeluruh Amerika telah masuk dalam Perang Vietnam.
"Perang Khusus" yang dilancarkan sebagai pelaksanaan Plan Staley-Taylor tak berhasil membasmi kekuatan gerilya Vietnam di Vietnam Selatan. Dengan pemboman atas Vietnam Utara, Direktor CIA John A.McCohen menyatakan dengan tegas: "Pada kenyataannya, kita akan terjerumus dalam hutan peperangan yang sulit bagi kita untuk melarikan diri dan tak ada cara untuk menang". Dalam permulaan Operasi Halilintar, Presiden Johnson melancarkan pemboman besar-besaran dengan harapan dapat dicapai kemajuan di medan pertempuran.Untuk mengetahui situasi, 2 Maret 1965, Johnson memerintahkan jenderal C.Johnson melakukan inspeksi di Vietnam Selatan. Sekembali dari inspeksi, dalam rapat di Gedung Putih yang dihadiri Menteri Pertahanan, Presiden Johnson, Kepala-Kepala Staf Angkatan Bersenjata, jenderal C.Johnson mengajukan rencana: jika Amerika mau menang dalam peperangan ini, dibutuhkan 500.000 orang pasukan dan dibutuhkan waktu selama lima tahun.

Demi memenangkan Perang Vietnam, Amerika berusaha keras menarik partisipasi Pakta-Pakta Militer SEATO dan ANZUS serta berbagai negeri dalam Perang Vietnam. 8 April 1965, di Saigon, Amerika membentuk "Biro Bantuan Militer Internasional" yang mengikut-sertakan Vietnam Selatan, Thailand, Selandia Baru, Australia, Filipina, Korea Selatan dan Taiwan.
10 April 1965, Pentagon berhasil meyakinkan Presiden Johnson untuk menyetujui pengiriman 3 batalyon paratroop Angkatan Darat Pasukan ke 173. 20 April 1965 berlangusng sidang yang membicarakan langkah selanjutnya untuk memperkuat pasukan di Vietnam. Sidang ini memutuskan untuk mengusulkan kepada Presiden Johnson untuk memperkuat pasukan tempur Amerika di Vietnam dengan 9 batalyon hingga memperbesar jumlah pasukan dari 33.500 orang menjadi 82.000 orang, ditambah lagi dengan 3 batalyon Korea Utara dan 1 batalyon Australia yang berjumlah 7250 orang. Disamping itu diputuskan untuk meneruskan serangan pemboman atas Vietnam Utara. Juga untuk memperbesar bantuan keuangan bagi Vietnam Selatan untuk memperbesar pasukan Vietnam Selatan dari 550.000 menjadi 710.000 orang. Usul ini segera disetujui oleh Pemerintah Johnson.

5 Juni 1965, McNamara menyatakan: "Kita berusaha di Vietnam Selatan mendapatkan kesetaraan, tapi apakah kita dapat mencapainya ? Saya tidak tahu, kaum komunis masih berpendapat bahwa kemenangan akan ada pada mereka". Presiden Johnson menyatakan: "Yang paling berbahaya adalah: pada suatu hari kita akan menjumpai situasi yang merepotkan". 7 Juni 1965, keadaan yang sangat merepotkan itu datang. Pada hari itu, jenderal Westmoreland mengirim kawat ke Pentagon: "Konflik Asia Tenggara sedang meningkat. Sebagian pasukan Vietnam Utara sudah masuk ke Vietnam Selatan…. Komunis Vietnam Utara dalam pertempuran ini menggunakan semua kekuatan, …. Pasukan Vietnam Selatan sudah tidak mau melakukan serangan …. Saya berpendapat, kita tidak mempunyai pilihan lain, kecuali memperkuat pasukan. Dibutuhkan sekarang ini 41.000 orang pasukan tempur, kemudian harus ditambah 52.000." (Quan Qiu Chu Ji 1997: 233-234) Dengan demikian, pasukan Amerika dari 82.000 meningkat menjadi 175.000 orang.
Presiden Johnson minta nasehat jenderal Eisenhower. Eisenhower menyatakan: "Amerika Serikat telah menempatkan pasukan di Vietnam, karena itu kita harus berusaha untuk menang. Maka harus dipenuhi permintaan Westmoreland".
26 Juni 1965 McNamara menyampaikan kepada Kepala Gabungan Kepala-Kepala Staf bahwa secara besar-besaran memperkuat pasukan di Vietnam adalah untuk meyakinkan komunis Vietnam, bahwa mereka tak akan mungkin menang; tapi Amerika harus menggunakan pasukan Vietnam Selatan, membantu mereka melawan komunis Vietnam,… karena itu, usaha harus dipusatkan untuk membasmi komunis di Vietnam Selatan.

Dean Rusk yang semula tak bersemangat memperluas perang jadi berobah. Dia menegaskan, bahwa jika usaha Amerika di Vietnam terbengkalai setengah jalan, ini akan mendorong gerak maju ekspansi komunis di dunia." Tugas tanggungjawab Amerika adalah menjadi tiang penyangga perdamaian dunia. Jika kita tidak berhasil menunaikan tugas ini, maka Partai Komunis akan bersikap seperti 'Belanda minta tanah', diberi sehasta minta sedepa; ini akan membikin kita kehilangan kedudukan; oleh karena itu kita harus melancarkan perang, walaupun penuh malapetaka". (Quan Qiu Chu Ji 1997: 235) Duta Besar Lodge menyatakan, bahwa jika tidak diperbesar jumlah pasukan, maka bisa perang meluas hingga menimbulkan bahaya pecahnya Perang Dunia ke-III. Nixon menulis dalam New York Times, bahwa kemenangan bagi Vietcong berarti pada akhirnya penghancuran kebebasan berbicara bagi semua orang untuk selama-lamanya, bukan hanya di Asia tapi juga di Amerika. .
Untuk mengolah berbagai macam pendapat yang terdapat pada waktu itu, ”Presiden Johnson membentuk sebuah grup kecil para ahli yang terdiri antara lain Dean Acheson, mantan Menteri Luar Negeri Pemerintahan Truman, diplomat terkemuka di awal Perang Dingin, Omar Bradley, jenderal berbintang lima, mantan Panglima pasukan Amerika Serikat dalam Perang Korea, Roswell R.Kirkpatrick dan lain-lain, yang kesemuanya mengusulkan, bahwa Amerika Serikat harus dengan semua tenaga mencegah Vietnam Selatan jatuh ke tangan komunis.” (Quan Qiu Chu Ji 1997: 236)

26 Juli 1965 Presiden Johnson memutuskan mengirim pasukan lagi ke Vietnam sebanyak 50.000 hingga jumlah pasukan pencapai 125.000 orang. 28 Juli 1965, dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih, Presiden Johnson menyatakan, bahwa "sebagai pelajaran yang ditarik dari sejarah, maka Amerika Serikat menggunakan pasukannya di Vietnam Selatan untuk melawan agresi". Sampai awal tahun 1965 pasukan Amerika Serikat mencapai jumlah 184.300. Atas permintaan jenderal Westmoreland, pasukan ini bertambah terus, hingga pada awal 1966 menjadi 385.300 orang, awal tahun 1967 menjadi 485.300 orang dan pertengahan tahun 1968 mencapai 525.000 orang. Westmoreland bukanlah penganut "Perang Khusus", tapi menempuh cara berperang dengan pengerahan pasukan besar-besaran. Caranya ini juga tidak berhasil menundukkan Vietnam Utara.

Gerakan rakyat di semua benua menentang Perang Vietnam kian bergejolak. Bertrand Russel mengambil inisiatif mendirikan Pengadilan Internasional untuk mengadili agresi Amerika terhadap Vietnam. Dalam pesan tertulisnya kepada Lord Bertrand Russel November 1966, Presiden Ho Chi Minh mengemukakan, bahwa “imperialis Amerika sedang memperluas perang melawan kemerdekaan nasional dan perdamaian di Vietnam. Mereka melakukan kekejaman yang mengerikan dan kejahatan yang lalim melebihi kejahatan kaum fasis Hitler.” (Ho Chi Minh 1967: 135) Oleh karena itu didirikannya Pengadilan Internasional untuk menghakimi agresor Amerika akan membangkitkan gerakan protes menuntut penghentian perang yang kriminal dan supaya dilakukan penarikan mundur pasukan Amerika dan sekutu-sekutunya dari Vietnam.

19 Mei 1967 McNamara mengirim sebuah memorandum yang menimbulkan perbedaan pendapat yang dalam dengan Presiden Johnson. Memorandum ini disusul dengan yang berikutnya pada tanggal 1 November 1967, hingga perbedaan pendapat itu tambah memisahkan McNamara dengan Presiden Johnson. Meskipun perbedaan pendapat antara Presiden dan Menteri Pertahanan MacNamara telah terbuka, tapi MacNamara tidak minta mengundurkan diri. November 1967 dia dicalonkan Presiden Johnson untuk menjadi Kepala Bank Dunia. Kemudian Johnson mengumumkan, bahwa MacNamara akan meninggalkan Pentagon dan menjabat Kepala Bank Dunia. 17 Februari 1968 McNamara melakukan kegiatan terakhir mengenai Vietnam. Dia menolak permintaan jenderal Westmoreland untuk menambah pasukan di Vietnam sebanyak 200.000 orang. Sesudah dua puluh tahun berlalu, McNamara mengumumkan, bahwa “Amerika telah membuat kesalahan dalam menceburkan diri masuk Perang Vietnam, kesalahan yang sangat mengerikan”. (McNamara1995: )

22 Maret 1968 Presiden Johnson memanggil Westmoreland kembali ke Washington untuk menjabat Kepala Staf Angkatan Darat. Ini berarti, strategi Westmoreland di Vietnam, berperang dengan pengerahan pasukan besar-besaran telah dinegasi. 25 dan 26 Maret 1968, dalam rapat para pakar, mayoritasnya menyatakan kepada Presiden Johnson, bahwa perang tak akan bisa dimenangkan, tujuan pemerintahan Vietnam Selatan yang anti-komunis sulit untuk diwujudkan, Amerika harus mundur dari Perang Vietnam. 31 Maret 1968 Johnson mengumumkan dalam siaran radio, bahwa pertama-tama akan dihentikan pemboman atas daerah di Utara garis lintang 20 derajat. Disamping itu, diumumkan bahwa akan dikirim tambahan pasukan sebesar 135.000 orang. Inilah tambahan pasukan yang terakhir. Dalam pada itu, gerakan menentang Perang Vietnam kian berkembang, termasuk di Amerika
Dengan tema kampanye mau "menyelesaikan" Perang Vietnam, tahun 1968 Richard Nixon menang dalam pemilihan Presiden. Dr Henry Kissinger diangkat menjadi Penasehat Khusus Keamanannya. Masalah penyelesaian Perang Vietnam menjadi titik berat dalam politik luarnegeri Pemerintah Richard Nixon. Pada hakekatnya, secara diam-diam telah diakui, bahwa Perang Vietnam adalah satu kegagalan Amerika dalam membendung komunisme di Asia Tenggara. Nixon menyatakan: "Dengan cara perundingan mengakhiri peperangan, adalah bukti kemenangan bagi Saigon" Menghadapi penyelesaian Perang Vietnam ini, Nixon menggunakan dua tangan: satu tangan mempertahankan pasukan besar di Vietnam sebagai alat penekan, tangan yang lain melangsungkan perundingan untuk mencapai perdamaian. Dan dia menempuh politik "Vietnamisasi" untuk mengalahkan kaum komunis Vietnam. Pasukan Amerika akan dihindarkan dari pertempuran-pertempuran. Pasukan Vietnam Selatan diperkuat untuk bertempur. Dalam tahun 1969, Amerika telah memasok senjata bagi Vietnam Selatan seharga satu milyar dollar. Dengan demikian Vietnam Selatan memperbesar pasukannya dari 740.000 pada tahun 1968, menjadi 1.100.000 pada awal tahun 1969.

Perang telah memusnahkan segala-galanya di Vietnam, termasuk rumah-sakit rumah-sakit. “Praktis semua rumah sakit besar di Vietnam Utara kena bom dan musnah. 21 Agustus 1967 rumah-sakit besar di pusat kota Hanoi diroket. 17 November 1967 rumah-sakit terbesar di Vietnam Utara, RSUP Bach Mai dengan 1000 tempat tidur kena dua bom besar yang masing-masing seberat 750 pon. Banyak rumah-sakit kena bom fragmentasi. Rumah-sakit provinsi Guang Binh dibom 13 kali, rumah-sakit Ha Tinh 17 kali. Lembaga penyakit Lepra Quin Lap, yang terletak di desa antara bukit-bukit di pegunungan dengan 2000 pasien dibom 39 kali”. (Regtien dan Dulleman 1968: 69 ). Senator Edward Kennedy sendiri menaksir, korban (luka-luka) di kalangan rakyat Vietnam Selatan mencapai 150.000 orang sebulan. “Di sekitar daerah demiliterisasi pada tanggal 13 dan 26 Juli 1967, pesawat pembom B-52 sudah membom musnah suatu daerah sepanjang 6 km dan lebar 3-4 km. Desa-desa Vinh Son, Vinh Thuy dan Vinh Lam musnah sama sekali. Tak satu pun rumah dan pohon yang tinggal.” (Regtien dan Dulleman 1968: 68). Sampai Agustus 1967, sebanyak 561 sekolah dibom. Dalam laporan kepada sebuah Komisi Senat Amerika (Hearing before the Subcommittee to investigate problems connected with refugees and escapees, 1-8-1973) dikemukakan, bahwa jumlah bom yang ditumpahkan dalam perang Indocina telah mencapai 7.800.000 ton. Ini adalah lebih dari dua kali lipat bom-bom yang dipakai dalam semua medan pertempuran selama Perang Dunia kedua yang mencapai.3.517.000 ton. Pemusnahan Vietnam Utara ini tidaklah menundukkan rakyat Vietnam. Kaum komunis Vietnam tidaklah terbasmi.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog