Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

15 Oktober 2009

KUMPULAN SAJAK

Nurdiana:


NOVEMBER BULAN HISTORIS

V

Di tahun enam puluh lima,
tanggal duapuluh empat bulan November, *)
terjadi di Boyolali,
D.N. Aidit ditembak mati,
dibuang di sumur usang,
direstui Suharto penguasa garang,
tiada yang tahu sampai sekarang,
hampir setengah abad waktu berjalan,
Aidit di mana dimakamkan ???

Putera puterinya:
Iba, Ilya, Ilham dan lainnya,
Adik-adiknya:
Murad, Sobron, dan Asahan,
para sanak kerabat,
seorang pun tak tahu di mana makamnya.

Aidit pembantu Presiden Sukarno,
Menteri, Wakil Ketua MPRS,
Pejabat Tinggi Negara,
penyandang lencana Pahlawan
Mahaputera kelas satu,
Ketua Partai berlambang Palu Arit,
dibunuh semena-mena,
hilang tak tahu rimbanya.
.
Di alam demokrasi negara Pancasila,
siapa saja bebas bertanya:
Aidit itu apa ?:
teroris,
pengkhianat,
koruptor,
pejuang,
pemimpin,
atau pahlawan?

Tiap kepala punya otak,
berbeda otak fikiran pun lain,
antek setia Raksasa Tua,
agen CIA penghasut Perang Dingin,
menilai Aidit musuh bebuyutan,
tak kenal ampun,
harus dihitamkan,
didiskreditkan,
dilenyapkan.

Hitamnya Aidit,
diskreditnya Aidit,
betapa pun sulit,
adalah jalan membikin punah gerakan berlambang Palu Arit.

Dibimbing mentalitas Perang Dingin,
rezim Soeharto dan pewarisnya,
bertulangpunggung golkar dan baju hijau,
kerahkan sejarahwan gadungan,
atas nama objektivitas,
selagi tak bisa membela diri,
korek jelimet kesalahan Aidit,
buktikan
dia lah dalang musibah,
Aidit pangkal bencana bangsa.

Pemuja Palu Arit menilai Aidit:
betapa ada berbuat salah,
dia pernah berjasa,
bukan koruptor,
pejuang,
pemimpin,
bahkan pahlawan.

Sahabatnya,
Mao Zedong menilai Aidit:
pejuang komunisme internasional,
mengibaratkannya,
bagai Bunga Mei **),
yang kembang sekejap di puncak musim salju,
mendahului mekarnya bunga-bunga lain,
pertanda datangnya musim semi,
gugurnya menyimpan wangi,
menanti musim semi lagi.

Siapa saja
tak beralasan menyatakan:
Aidit teroris
yang harus dibikin habis.

Sungguh ironis,
yang meledakkan bom Bali jelas teroris,
baginya ada pengadilan,
yang menjatuhkan vonis,
9 November dua ribu delapan,
eksekusinya didahului doa,
didampingi sembilan rohaniwan,
dengan helikopter jenazah dipulangkan,
diserahkan pada keluarga.

Manusiawi terhadap teroris,
terhadap Aidit bertindak fasis.

Mana hukum dan keadilan ?
mana peri kemanusiaan ?
mana peradaban ?
di kala orba pegang kekuasaan ?

Jelas-jemelas,
yang membunuh Aidit lah,
teroris fasis,
tak berperi kemanusiaan.

Pembunuhan Aidit
terang benderang,
bikin telanjang,
biadabnya rezim fasis orba !

Aidit dibunuh keji,
keluarga dan pendukungnya dipersekusi,
cita-citanya tak mungkin terbasmi,
patah tumbuh hilang berganti.

November bulan kenangan,
bulan historis penuh pergolakan,
kaya peristiwa berlumuran darah,
bagi sejarah mengandung hikmah.

Demi kemerdekaan dan keadilan,
para pejuang rela berkorban,
gugur satu muncul seribu,
maju menuju Dunia Baru.

24 November 2008.



Keterangan:

*). Dari sajak Mao Zedong, menurut irama Bu Suan Zi, lengkapnya dimuat dalam Kumpulan Puisi Nurdiana JELITA SENANDUNG HIDUP, halaman 68.
**).Menurut majalah TEMPO edisi Oktober 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog