Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

19 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Di Asia

XI. PERANG VIETNAM (VII)

Kamboja Dan Laos Diobrak-abrik. Penggulingan Norodom Sihanouk.

Februari 1969, Panglima baru pasukan Amerika Serikat di Vietnam jenderal Creighton W. Abrams melaporkan kepada Gabungan Kepala Staf, bahwa pimpinan pusat Front Nasional Pembebasan Vietnam Selatan berada di dalam daerah Kamboja. Sudah sejak semula, penguasa Pentagon menganggap Kamboja, yang luasnya 181.000 kilometer persegi dan berpenduduk 4,8 juta jiwa menjadi rintangan untuk membasmi pasukan pembebasan rakyat Vietnam. Pangeran Norodom Sihanouk yang menjalankan politik netralitas adalah bertentangan dengan keinginan Amerika Serikat. Dulles dua bersaudara, John Foster Dulles dan Allen Dulles, yang satu Menteri Luarnegeri dan lainnya Kepala CIA, semenjak mengenal Sihanouk sudah memintanya untuk mencampakkan politik netralitas itu. “Berbagai usaha telah dijalankan untuk merangkul Sihanouk demi membawa Kamboja masuk dibawah pengaruh SEATO. “Ketika saya melihatnya ditahun 1958, ia melirik kepada saya dan berkata, bahwa Kamboja tak bisa jadi Switzerland di Asia. Anda tak bisa netral. Harus memilih antara kubu dunia bebas dan kubu komunis”. (Sihanouk 1974: 76) Tapi Sihanouk bukan saja netral, malah sangat bersabahat dengan Vietnam dan rakyatnya. “Dia menganggap Ho Chi Minh bukan saja adalah pemimpin rakyat Vietnam, tetapi juga pemimpin rakyat Kamboja. Ketika disiarkan berita tentang wafatnya Ho Chi Minh, Norodom Sihanouk mengumumkan tiga hari berkabung di seluruh Kamboja sebagai pernyataan belasungkawa. Dan Sihanouk adalah satu-satunya Kepala Negara asing yang menghadiri upacara pemakaman Ho Chi Minh”. 2). (Idem, hal 53). Politik Sihanouk adalah bersahabat dengan Vietnam. Dan mengakui Pemerintah Revolusioner Sementara Vietnam Selatan. Ini bertentangan dengan keinginan para penguasa Gedung Putih. Ini menyebabkan CIA merekayasa penggulingannya.
Untuk itu, “CIA menggunakan pentolan-pentolan Kamboja Lon Nol dan Sisowath Sirik Matak. Dan merekrut Son Ngoc Than, dari suku minoritas Vietnam Selatan, seorang kolaborator Jepang dalam Perang Dunia kedua, dengan melatihnya dipusat komando CIA di Nha Trang di pantai Vietnam Selatan. Kemudian diterbangkan ke pangkalan CIA di Thailand. Dididik hingga bisa mengomando "pasukan khusus" yang beroperasi di bawah perwira-perwira CIA di Vietnam Selatan. Untuk penggulingan Sihanouk, Son Ngoc Than dipersiapkan untuk melakukan dua serangan yang menggerakkan 8 batalyon pasukan yang telah dilatih CIA. Pasukan ini adalah dibelanjai oleh Khmer Serrei -- Khmer Merdeka -- yang berpangkalan di Thailand dan pasukan Khmers du Kampucheau Krom yang kadang-kadang disebut Khmer Krom atau K.K.K. dari Vietnam Selatan. Khmer Serrei dan K.K.K yang anti Pemerintahan Sihanouk disponsori dan dibiayai oleh CIA. Dengan pura-pura melakukan desersi, sebagian demi sebagian pasukan Khmer Serrei masuk Kamboja, dan ditampung masuk pasukan Lon Nol dengan berkedudukan di ibu-kota. Akhir Februari 1970 sejumlah perwira tentara Kamboja dan agen-agen Amerika ditempatkan pada markas Son Ngoc Than. Ketika itu Lon Nol menjabat Perdana Menteri Kamboja dan Sirik Matak sebagai wakilnya”. 3). (Baca MY WAR WITH THE CIA, The Memoirs Of Prince Norodom Sihanouk As Related To Wilfred Burchett, hal. 56, 70, 85, 88, Penguin Books – Allen Lane The Penguin Press, Reprinted wirh revisions, 1974)

Dalam pada itu, dunia pers Barat terutama Amerika secara besar-besaran menyebarkan kampanye menentang apa yang disebut kediktatoran Sihanouk yang menjalankan sistim satu partai di Kamboja. 8 Maret 1970 berlangsung demonstrasi anti Vietnam di provinsi Svang Rieng yang didukung oleh Perdana Menteri Lon Nol. 11 Maret 1970, segerombolan pemuda, anak-anak sekolah menyerang Kedutaan Pemerintah Revolusioner Sementara Republik Vietnam Selatan dan beberapa jam kemudian menyerang Kedutaan Besar Republik Demokratis Vietnam di Phnom Penh. Tulang punggung penyerang ini adalah sekitar 50 orang militer yang berbaju sivil yang dikomandoi oleh adik Lon Nol, yaitu kolonel Lon Non. Semboyan-semboyan yang dibawa para demonstran menggunakan bahasa Inggeris, sesuatunya yang tak biasa di Kamboja. Ini menunjukkan bahwa demonstrasi itu bukanlah sesuatunya yang terjadi secara spontan, tapi dipersiapkan dengan teliti untuk konsumsi propaganda internasional. Para wartawan luarnegeri juga telah dikerahkan untuk meliput peristiwa ini. Televisi-televisi Eropa Barat dan Amerika menyiarkan berita tentang peristiwa ini sebagai demonstrasi yang spontan. Ketika itu Norodom Sihanouk sedang berada di Perancis dalam acara pemeliharaan kesehatan. 13 Maret Sihanouk melanjutkan perjalanan menuju Moskow, untuk kemudian terus ke Beijing sebagaimana yang telah direncanakan sejak semua. Dari peristiwa berbagai demonstrasi ini, Sihanouk telah mencatat kejadian serius yang akan merobah politik netral Kamboja. 18 Maret 1970, Lon Nol dan Sirik Matak melakukan coup d'etat menggulingkan Sihanouk.

23 Maret 1970, Norodom Sihanouk mengumumkan didirikannya Front Persatuan Nasional Khmer dan menyerukan kepada para pengikutnya di Kamboja untuk menyelamatkan diri dan melakukan persiapan berjuang melawan rezim Lon Nol - Sirik Matak yang inkonstitusional. Atas inisiatif Sihanouk dilangsungkan Konferensi Tingkat Tinggi Rakyat-Rakyat Indocina untuk mengkordinasi perjuangan rakyat ketiga negeri. Konferensi dilangsungkan di daerah tapal batas Laos, Vietnam dan Tiongkok, dengan dihadiri oleh Perdana Menteri Vietnam Pham Van Dong, Pangeran Souphanovong dari Laos dan Norodom Sihanouk. Kerjasama antar rakyat ketiga negeri melawan agresi Amerika kian meningkat.29 April 1970 pasukan Vietnam Selatan memasuki Kamboja untuk mendukung rezim Lon Nol - Sirik Matak sesudah terjadinya gerakan besar-besaran di Kamboja mendukung Sihanouk. 1 Mei 1970 pasukan Amerika Serikat menyerbu masuk Kamboja dari Vietnam Selatan. 5 Mei 1970 Sihanouk mendirikan Pemerintah Persatuan Nasional Kamboja dengen berkedudukan di Beijing. Pen Nouth diangkat menjadi Perdana Menteri, dan Sihanouk menjadi Kepala Negara. Khieu Samphan menjadi Menteri Pertahanan, Hou Youn Menteri Dalam Negeri dan Hu Nim Menteri Penerangan. Ketiga tokoh ini adalah pimpinan dari Khmer Merah yang beroperasi di dalam negeri Kamboja. Perjuangan rakyat Kamboja melawan agresi Amerika memasuki satu tahap baru.
Setahun sebelum penggulingan Norodom Sihanouk, Maret 1969 Kepala Gabugan Kepala-Kepala Staf, jenderal Earle Wheeler sudah meminta Menteri Pertahanan Melvin Laird untuk membolehkan penggunaan pesawat super bomber B-52 membom sasaran di dalam daerah Kamboja. April 1969, jenderal Wheeler meminta agar diizinkan masuk menyerang ke dalam daerah daratan dan udara Kamboja sejauh 10 km. Serangan-serangan dilakukan secara rahasia. Yang diumumkan adalah, bahwa serangan ditujukan ke daerah Vietnam Selatan. Hanya sejumlah kecil penanggungjawab serangan yang berhubungan dengan dan melapor langsung kepada Badan Keamanan Gedung Putih yang tahu, bahwa yang diserang adalah daerah Kamboja. Rahasia ini bocor. New York Times memberitakan, bahwa perang telah diperluas menyasar sebuah negara netral, Kamboja. Hal ini membikin kedudukan Nixon jadi serba sulit. Tapi Kissinger mempunyai pendapat lain, yaitu seharusnya tidak merahasiakan, tapi dengan terbuka menyatakan adanya pemboman. Ini mungkin akan memberi tekanan bagi Vietnam Utara. Yaitu: supaya jelas bagi Hanoi, bahwa Amerika tak akan mau mundur dari perang karena dipaksa.

Bukan hanya Kamboja, Laos pun jadi sasaran serangan Amerika. Di Kamboja juga dilaksanakan "doktrin Nixon" dalam wujud Khmerisasi. Sesudah penggulingan Norodom Sihanouk Amerika memasok besar-besaran senjata buat pasukan Lon Nol liwat Khmer Krom. Pendidikan kemilitean kian diintensifkan dengan menggunakan instrukstor-instruktor dari Amerika, Korea Selatan, Australia, Saigon dan Thailand.

Sejak semula, J.F.Dulles sudah bermaksud menjadikan Laos sebuah bastion anti-komunis di Indocina. Dia mengatakan, bahwa Laos menduduki posisi kunci dalam strategi global Amerika. “Februari 1955 Menteri Luarnegeri J.F.Dulles berkunjung ke Laos, menekan Pemerintah Katay Don Sasorith untuk mengambil langkah-langkah yang lebih drastis terhadap Pathet Lao. Pangeran Souvanna Phouma adalah Menteri Pertahanan Pemerintah ini. Sesudah J.F.Dulles, berturut-turut datang berkunjung ke Laos jenderal L.Collins dan Laksamana A. Radford. Atas petunjuk Amerika, Pemerintah Katay Don Sasorith memulai ofensif terhadap Samneua dan Phongsaly, provinsi-provinsi yang berada dibawah kekuasan Neo Lao Haksat. Maka mulailah perang yang berkepanjangan di Laos. Katay Don Sasorith menyatakan, bahwa yang pertama harus diwujudkan adalah memaksa Pathet Lao untuk meletakkan senjata dan membubarkan pasukan bersenjatanya.” (12 Years ... 1966: 44-45).

Politik Dulles dilanjutkan oleh Dean Rusk. Juli 1964, Menteri Luarnegeri Dean Rusk menyatakan bahwa ketetapan dan kemampuan Amerika untuk membantu Pemerintah Vientiane adalah sama vitalnya dengan perjuangan untuk kebebasan, sebagaimana yang diusahakan Amerika Serikat di Vietnam Selatan. Sehubungan dengan ini, tugas CIA di Laos adalah membersihkan Pemerintah Laos dari golongan komunis atau orang-orang yang cenderung pada komunis. CIA melakukan hal-hal yang tak dapat dikerjakan oleh para diplomat. Untuk itu, Amerika Serikat mengeluarkan anggaran belanja sebesar 300 juta dollar setahun dalam bentuk bantuan ekonomi dan militer. Pada permulaannya, di Laos CIA merekrut orang-orang dari suku bangsa Meo, membangun gerombolan dengan komandan-komandannya terdiri dari orang "sivil" Amerika agen-agen CIA. Gerombolan ini bersandar pada pasukan Vang Pao, peninggalan dari kekuatan bersenjata yang dibangun Perancis kolonial. Amerika melakukan operasi-operasi serangan udara dan menggerakkan pasukan kecil berupa: "Baret Hijau" dengan tugas pengintaian, atau sabotase-sabotase.

Laos yang luasnya 237.000 kilometer persegi, berpenduduk 2 juta jiwa pada tahun 1960. Tragedi guling-menggulingkan Pemerintah berlangsung, demi realisasi politik membendung komunisme -- the policy of containment -- yang dilancarkan Amerika Serikat dalam Perang Dingin di Asia Tenggara. Sesudah Perang dunia ke-dua, dengan restu kolonialisme Perancis yang ingin melanjutkan kekuasaan kolonialnya, Souphanna Phouma menjadi Perdana Menteri Kerajaan Laos. Perjuangan melawan kolonialisme Perancis berlanjut dibawah pimpinan Neo Lao Itsala. Mei 1950, dalam kongres Neo Lao Itsala dibentuk Pemerintah Perlawanan Laos dengan Pangeran Souphanouvong sebagai Perdana Menteri; Nouhak Phoumsawan, Menteri Perekonomian; Kaysone Phomphihane Menteri Pertahanan; Chaosuk Phongsak, Menteri Pendidikan Nasional; dan Phoumi Vongvichit, Menteri Dalam Negeri. Neo Lao Itsala inilah yang kemudian berobah menjadi Neo Lao Haksat di bawah pimpinan Pangeran Souphanouvong. Dengan tercapainya Persetujuan Jenewa 1954, dimana diakui kedaulatan dan netralitas Laos, Pangeran Souphanouvong, pimpinan Pathet Lao, menyatakan menyerahkan kembali kepada Kerajaan Laos dua provinsi di Utara Laos yang selama ini dikuasai Pathet Lao. Dengan kedudukan Wakil Perdana Menteri, Souphanouvong bersama beberapa tokoh kiri lainnya diterima masuk kabinet baru Souphanna Phouma. Souphanouvong menjalankan politik netralitas, berhubungan baik dengan Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat. Tapi ini ditentang oleh Souphanna Phouma yang pro Amerika. Baik Pemerintah Amerika Serikat maupun CIA hanya punya hubungan dengan kalangan ultra-reaksioner yang korup di Laos. Bahkan Souphanna Phouma yang anti-kiri pun dijauhi oleh Duta Besar Amerika, J. Graham Parson.

“2 November 1957 di Vientiane tercapai persetujuan untuk membentuk Pemerintah koalisi termasuk wakil Neo Lao Haksat. Segera 20 November 1957 jurubicara Kementerian Luar negeri Amerika Serikat menyatakan, bahwa Amerika menganggap berbahaya untuk membentuk Pemerintah Koalisi dengan memasukkan wakil-wakil Pathet Lao. Agustus 1958 dengan dukungan Amerika Serikat, faksi Phoui Sananikone menggulingkan Pemerintah dan merebut kekuasaan”. (Phoumi Vongvichit 1968: 125-126) “Pemerintah ini mengumumkan secara sepihak membatalkan Persetujuan Jenewa 1954. Kementerian Luarnegeri Amerika Serikat mendukung putusan Pemerintah Phoui Sananikone ini dan menyatakan, bahwa kini Laos bisa masuk SEATO” (12 Years...1966: 46). Sesuai dengan rencana Amerika, Pemerintah Phoui Sananikone memerintahkan pasukannya untuk mengepung, melucuti dan menyerang batalyon-batalyon Neo Lao Haksat di Laos Utara, yang menurut Persetujuan Vientiane akan digabungkan dengan pasukan Pemerintah. Pemimpin-pemimpin Neo Lao Haksat yang jadi anggota kabinet ditangkap. Berlangsunglah pembasmian atas Neo Lao Haksat. “Sebuah petunjuk rahasia yang dikeluarkan Menteri Dalam Negeri Pemerintah Phoui Sananikone tanggal 15 Desember 1958 yang ditujukan kepada semua gubernur provinsi dan kepala-kepala daerah, memberi kuasa untuk menghukum dan membasmi tanpa liwat pengadilan semua mantan anggota Neo Lao Haksat dan semua mantan pejuang”. “Dan sebuah Perintah Sangat Rahasia No 397-KFD-4 tanggal 13 Desember 1959 dari Bounleuth Sanichan, Panglima Daerah Militer I, memerintahkan untuk menangkap dan memenjarakan semua mereka yang menunjukkan simpati pada Neo Lao Haksat” (Idem: 55)

Menghadapi pemilihan umum 1958 di Laos, Duta Besar Parson melaporkan kepada Komite Mengenai Pekerjaan Pemerintah dari Kongres, bahwa kalangan pro-Barat akan menang. Parson memperkirakan, bahwa kalangan komunis hanya akan memenangkan 2 dari 15 kursi yang diperebutkan. Dengan demikian, menurut harapan Amerika, integritas dan kebebasan Laos di Dunia Bebas akan terjamin. Tapi hasil penghitungan suara adalah: kalangan komunis mencapai kemenangan 9 kursi. Kaum netralis Santiphab mendapat 3 kursi. Maka Souphanna Phouma mengundurkan diri dari kedudukan Perdana Menteri. 23 Juli 1958 Raja meminta Souphanna Phouma membentuk kabinet. Susunan kabinet yang dibentuknya ditolak oleh Majelis Nasional. 11 Agustus 1958 Phoui Sananikone diangkat jadi Kepala Pemerintah, dengan menyingkirkan kaum komunis. Souphanouvong dan sejumlah pengikutnya ditangkap. Tanpa sempat diajukan ke pengadilan, Souphanouvong berhasil membebaskan diri. Dari tempat peristirahatannya, Souphanna Phouma menyatakan bahwa jika Raja menghendaki, dia sanggup membentuk kabinet tanpa Pathet Lao.

Walaupun anti-komunis, CIA tetap tidak percaya pada Pemerintah Phoui Sananikone. Duta Besar baru Amerika untuk Laos, Horace H. Smith mendukung Pemerintah koalisi yang konservatif ini, yang agak memberi sedikit kelonggaran bagi semua faksi. Tapi CIA mendukung golongan militeris yang keras anti-komunis. Yang ditonjolkan CIA adalah jenderal Phoumi Nosavan, 41 tahun, Menteri Pertahanan yang keras anti-komunis. Tak lama kemudian, jenderal Phoumi Nosavan bersama Tiao Somsanith, seorang Gubernur dari Utara yang sadar anti-komunis dan pengikut Phoumi Nosavan.merombak pimpinan Pemerintahan dengan mendirikan Komite Untuk Membela Kepentingan Nasional, dengan diketuai oleh Phoumi Nosavan. Dalam Komite ini diikutsertakan Menteri Luar Negeri dan Menteri Penerangan dari kabinet Phoui Sananikone. 1 Januari 1960, Komite ini menggulingkan Pemerintah Phoui Sananikone. Yang menggantikannya adalah Tiao Samsonith. 9 Agutus 1960, Tiao Samsonith digulingkan oleh pemberontakan dua batalyon pasukan payung yang telah mendapat pendidikan militer Amerika dibawah pimpinan kapten Kong Le, 26 tahun. CIA menuduh Kong Le adalah pengikut komunis. Kong Le terang-terangan menyatakan bahwa dirinya bukanlah pro-komunis. Tapi Kong Le ditahan oleh pasukan Souphanna Phouma ketika dia menyelenggarakan resepsi buat Duta Besar URSS, Aleksander N. Abramov. Souphanna Phouma menuduh peristiwa ini sebagai ambisi komunis untuk tampil di Laos. Jenderal Phoumi Nosavan dengan bantuan Amerika bergerak dari daerah Selatan, Savannakhet, untuk mengusir Kong Le dari Vientiane. 9 Desember 1960 pasukan yang loyal kepada Souphanna Phouma menggempur pasukan Kong Le.

13 Desember 1960, Majelis Nasional bersidang di Savannakhet dan mengangkat Pangeran Boum Oun Na Champassak menjadi Perdana Menteri. Tapi yang berkuasa sesungguhnya adalah jenderal Phoumi Nosavan. Pada akhir tahun 1960, Amerika Serikat sudah memasok bantuan militer sebesar 16 juta dollar buat Pemerintah Boun Oum - Phoumi Nosavan yang kian mengobarkan perang. Pertengahan tahun 1963, untuk menduduki daerah strategis Plain of Jars dan Xiengkhouang, Pemerintah Kennedy secara terang-terangan mengirimkan puluhan ribu ton senjata dan alat-alat keperluan perang masuk Laos yang diberikan kepada faksi pro-Amerika. Dollar Amerika sudah melahirkan di Laos golongan pro-Amerika yang bergelimang dengan hak-hak istimewa dibidang ekonomi dan politik. Golongan ini mencekam bidang monopoli ekspor dan impor. Walaupun demikian, Pemerintah Boun Oum - Nosavan ini belum juga berhasil melenyapkan kaum komunis dari Laos.

Berkali-kali Amerika Serikat terlibat dalam penggantian Pemerintah di Laos, demi menyingkirkan kekuatan Neo Lao Haksat. Sesudah Pemerintah Samsorith digulingkan oleh militer, dengan semua cara, Amerika Serikat membantu klik Phoumi Nosavan yang telah membentuk Komite Revolusioner di Savannakhet. Desember 1960, Komite ini mula-mula membentuk Pemerintah Kouprasith Abhay, klik militaris ekstrim kanan. Kemudian menggantinya dan membentuk Pemerintah Boun Oum - Phoumi Nosavan untuk melawan Pemerintah yang sah. Selanjutnya, menurut rencana yang disusun pejabat CIA, E.G.Landsdale dan penasehat militer SEATO di Bangkok, pasukan Phoumi Nosavan dengan berkordinasi dengan pasukan dari Thailand diberangkatkan ke Vientiane untuk menggulingkan Pemerintah. Sejumlah penasehat Amerika mengomando langsung pertempuran-pertempuran di jalan-jalan Vientiane.

April 1964 Amerika Serikat merekayasa penggulingan Pemerintah Persatuan Nasional Tripartit dengan menggunakan grup militeris ekstrim-kanan Kouprasith Abhay. Raja Laos mengutuk sabotase ini sebagai anti-konstitusional. Tahun 1965 golongan pro-Amerika menyelenggarakan "pemilihan umum terbatas". Yang ikut hanyalah pejabat-pejabat pemerintah, anggota kepolisian, para perwira, kaum industrialis dan pedagang untuk membentuk "Majelis Nasional" yang baru. Maka terbentuk pulalah Pemerintah baru. Sesungguhnya anggota-anggota Pemerintah Nasional ini telah disusun terlebih dulu oleh CIA dan Kementerian Luarnegeri Amerika Serikat. Enam Pemerintah bergonta-ganti sebagai hasil rekayasa Amerika Serikat untuk meujudkan Pemerintah anti-komunis di Laos. Tak satu pun diantara mereka yang berumur sampai tiga tahun, bahkan ada yang tak bertahan selama empat atau tiga bulan seperti Pemerintah-Pemerintah Kouprasith Abhay dan Tiao Samsonith.Tiga klik utama bertarung. Yaitu, antara klik Phoui Sananikone-Kouprasith Abhay, klik Phoumi Nosavan dan klik Souvanna Phouma. Ketiga-tiganya didalangi dari belakang oleh The Invisible Government -- CIA -- dalam rangka realisasi strategi PERANG DINGIN, membendung komunisme..

19 November 1964, Menteri Pertahanan McNamara menyatakan, bahwa "penerbangan pengintaian" akan tetap dilakukan di Laos selama itu diperlukan. Pada hari itu juga Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengumumkan bahwa kapten W.C.Martin yang menjadi pilot pesawat F100 adalah pilot dari salah satu dari tiga pesawat yang ditembak jatuh di Laos Tengah. “Apa yang disebut "penerbangan pengintaian", sesunguhnya adalah pemboman, sebagaimana diakui oleh kapten D.I. Hrdlicka, pilot F105 yang ditembak jatuh di Samnuea, 18 Mei 1965, dalam suratnya kepada Pangeran Souphanouvong 26 April 1966. Dalam suratnya ditulis: ‘Sudah setahun sampai sekarang saya memikirkan kejahatan saya terhadap bangsa Tuan ....Tanggal 18 Mei 1965 saya lepas-landas dari lapangan terbang Takli di Thailand untuk melakukan pemboman di daerah bebas di bawah kontrol Neo Lao Haksat. Saya tertembak jatuh dalam melakukan pemboman itu .... Saya menuntut pembebasan saya ... berterima kasih pada pelayanan baik berperi kemanusiaan dari rakyat dan pasukan di daerah bebas Laos, dan memprotes politik perang yang dilancarkan Amerikka Serikat serta agresi di Indocina dan terutama Laos”. (12 Years...1966: 109-110).

“Dengan terpilihnya Nixon jadi Presiden Amerika, maka Laos telah menjadi medan realisasi "doktrin Nixon", yaitu mengadu "orang Vietnam lawan orang Vietnam", "orang Kamboja lawan orang Kamboja", "orang Laos melawan orang Laos", demi membasmi kaum komunis setempat. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Melvin Laird menyatakan, bahwa doktrin Nixon di Asia terdiri atas tiga prinsip: "kekuatan, berbagi tanggungjawab, dan siap untuk berunding".” (Souphanouvong 1971: 7). Ini berarti, bahwa di bawah payung senjata nuklir, Amerika Serikat ingin mengadu orang Asia melawan orang Asia. Amerika hanya menjadi syaraf perang, memberi senjata dan komando demi untuk membasmi gerakan pembebasan nasional. Amerika memilih salahsatu dari golongan yang berbeda atau bertikai di suatu negeri untuk menguclkan kaum komunis. Membantu golongan yang cenderung ke fihak Barat, mulai dari pendidikan, keuangan, ekonomi, sampai militer. Dan berpuncak pada rekayasa-rekayasa penggulingan pemerintah yang dianggap "kiri".

Rakyat Laos berjuang terus demi kedaulatan dan netralitas negerinya, melawan invasi Amerika. 12 Oktober 1965, Phoumi Vongvichit, Sekretaris Jenderal Neo Lao Haksat menulis, bahwa dalam periode sejarah yang pendek, rakyat Laos sudah berhasil mendirikan tentara rakyat dan membebaskan bahagian terbesar teritori nasional sebagai daerah basis. Inilah kekuatan pokok untuk mengalahkan "doktrin Nixon" dan "perang khusus" yang dilancarkan Amerika Serikat di Laos. Kegagalan "doktrin Nixon" dan "Perang Khusus" yang dilancarkan Amerika Serikat di Laos telah memberi sumbangan bagi kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog