Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

23 Oktober 2009

CATATAN FILSAFAT

SUAR SUROSO:

DIALEKTIKA
SENJATA MELAWAN PEMBODOHAN


VII. HUKUM NEGASI DARI NEGASI.

Yang jadi masalah ialah, pembodohan yang sedang terjadi di Indonesia sekarang. Ada penguasa membakar buku sejarah. Ada yang mau memeriksa keperawanan 3500 gadis. Ada yang memfatwa dangdutan itu haram. Anggota Gerwani dituduh mensilet kemaluan dan mencongkel mata jenderal yang dibunuh Gerakan 30 September. Sungguh satu pembodohan mengatakan para TKW yang banyak dipekerjakan sebagai budak belian itu adalah pahlawan devisa. Pancasila dinyatakan sakti, hingga ada Hari Kesaktian Pancasila. Ada yang sebentar-sebentar mengobarkan histeria anti-komunis dengan menghasut adanya bahaya komunis. Ada yang membohong menyatakan sudah tak ada diskriminasi sama sekali terhadap para warga etnis Tionghoa. Dan banyak pembohongan lainnya yang hakekatnya pembodohan.

Bodoh berarti tak pandai berfikir. Pandai berfikir adalah ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hewani. Pembodohan ialah perbuatan membikin orang jadi bodoh. Yang bisa melakukan pembodohan ini hanyalah penguasa. Buruh biasa atau kaum tani tak mungkin melakukan pembodohan. Rakyat tidak bisa disalahkan, karena keterbelakangan dalam berfikir. Dan rakyat tak mungkin berbuat melakukan pembodohan. Sumber pembodohan itu adalah penguasa, biang-kerok pembodohan itu adalah penguasa. Yang membakar buku adalah penguasa. Yang mau memeriksa keperawanan 3500 gadis adalah penguasa.

Di zaman Bung Karno, tak ada pembodohan seperti sekarang. Pembodohan muncul sebagai hasil kekuasaan orba yang diktatorial. Kediktatoran yang mencabut kebebasan berpendapat, bersuara, menganut faham dan pendirian politik adalah salah satu penyebab pokok pembodohan. Dan penguasa yang memaksakan pandangan dengan kegiatan berbagai macam penataran, antara lain yang memaksakan menjadikan Pancasila satu-satunya asas, menghasilkan pembodohan. Walaupun Soeharto sudah lengser, ciri-ciri kekuasaan orba tidaklah lenyap, tindak tanduk kekuasaan orba masih berjalan. Pelenyapan secara tuntas kekuasaan orba, dan melaksanakan demokrasi secara sungguh-sungguh adalah jalan keluar untuk melenyapkan pembodohan.

Disamping itu, harus dibangkitkan, ditingkatkan cara berfikir rakyat. Tinggalkan cara berfikir yang serba-percaya, serba-menerima. Tanamkan metode berfikir yang ilmiah. Dalam sejarah perkembangan pemikiran manusia, terdapat banyak metode berfikir, antara lain metafisika, eklektika, sofistika dan dialektika. Dialekttika adalah salah satu cara berfikir ilmiah, yang dapat mengungkap hukum perkembangan hal ihwal, baik perkembangan alam semesta, perkembangan masyarakat dan alam fikiran manusia.

Menggunakan eklektika berarti melakukan pembodohan, seperti yang dipraktekkan oleh Prof Noegroho Notosoesanto, yang menerangkan bahwa Pancasila bukanlah hasil galian Bung Karno, bahwa PKI adalah dalang G30S. Pembodohan liwat metode eklektika cukup mempesona di Indonesia. Metode ini adalah ilmiah gadungan, yaitu menggunakan cara menderetkan sejumlah besar data untuk mendukung kesimpulannya. Sedangkan kesimpulannya sendiri tidak didukung oleh kenyataan, bahkan adalah bertentangan dengan kenyataan. Metode ini banyak dipakai untuk menghitamkan Bung Karno, mendiskreditkan PKI, seperti menuduh Bung Karno menyelewengkan Pancasila, mengutuk PKI sebagai dalang G30S. Metode eklektika bertolak belakang dengan dialektika. Dialektika materialis adalah metode berfikir yang bertolak dari kenyataan, cari kebenaran dari kenyataan, segala-galanya bertolak dari kenyataan.

Mempelajari dialektika berarti mempelajari hukum-hukumnya. Disamping hukum persatuan dari segi-segi yang bertentangan, yaitu hukum kontradiksi yang adalah inti dialektika, terdapat hukum-hukum dialektika lainnya : hukum negasi dari negasi dan hukum perobahan-perobahan kwantitatif menjadi perobahan kwalitatif.

Sejarah alam semesta, adalah sejarah perobahan isi alam. Secara terus menerus terjadi lahirnya yang baru dari yang lama. Penggantian yang lama oleh yang baru terjadi dalam semua isi alam. Terjadi dalam benda-benda langit di tata-surya, terjadi dalam kehidupan di bumi, dalam flora dan fauna, dalam kehidupan makhluk manusia dan makhluk hewani. Penggantian yang lama oleh yang baru terjadi juga dalam ilmu pengetahuan. Hal ini terrjadi dalam matematik, biologi, kimiah, fisika, masyarakat manusia serta alam fikiran manusia. Perobahan silih berganti ini berlangsung tak habis-habisnya. Inilah hukum negasi dari negasi. Karena itu, hukum negasi dari negasi adalah salah satu hukum umum dialektika. Dengan menguasai hukum ini dapat difahami proses perobahan suatu hal-ihwal, dapat diramalkan perobahan satu hal-ihwal, bahkan dapat dikendalikan arah perobahan satu hal ihwal.

Lahirnya bayi dari kandungan ibu, menghasilkan keturunan yang melanjutkan ciri-ciri pokok orang tuanya, ciri-ciri pokok sang bapak dan ibu. Disini terjadi, yang baru lahir dari yang lama. Yang baru berpisah dengan yang lama, yang baru adalah negasi yang lama. Yang baru tak sepenuhnya sama dengan yang lama, tapi ciri-ciri pokok yang lama terdapat padanya. Dalam satu hal ihwal yang berobah, bibit yang baru sudah terdapat dalam yang lama. Bayi sebagai negasi dari ibu itu tumbuh jadi dewasa. Pada waktunya akan dinegasi lagi oleh lahirnya bayi baru dari kandungannya. Turun temurun, silih berganti, berlangsunglah negasi dari negasi dalam kehidupan manusia. Proses silih berganti ini berlangsung tak habis-habisnya. Disini kata negasi adalah istilah filsafat. Artinya adalah pengganti dan kelanjutan dari yang lama, jadi bukanlah berarti bantahan atau pembatalan sebagaimana yang difahami dalam istilah pergaulan.

Tumbuh-tumbuhan, turun temurun berlangsung mengikuti hukum perobahan ini. Dalam proses turun temurun, terjadi perobahan, hingga sifat-sifat yang lama tak sepenuhnya dipertahankan, tapi ditambah dengan sifat-sifat baru. Misalnya, biji rambutan jika ditanam akan tumbuh pohon. Yang tumbuh bukan pohon mangga, tapi rambutan. Buahnya tetap rambutan, sama dengan rambutan yang bijinya ditanam itu. Bisa terjadi perobahan, rasanya bertambah manis atau menjadi kurang manis. Hakekat pokoknya tetap rambutan. Dalam perobahan ini berlaku hukum dialektika negasi dari negasi. .Yang baru, lahir dari yang lama. Yang lama, biji rambutan lama hilang, dinegasi, muncul yang baru. Yang baru tetap memiliki sifat-sifat yang lama. Yang baru adalah negasi dari yang lama. Dalam yang lama sudah terkandung bibit yang baru. Dalam proses perobahan selanjutnya, yang baru ini akan dinegasi lagi dan muncul lagi yang baru. Ini adalah negasi dari negasi yang dialektis. Jika biji rambutan itu dipukul dengan palu, atau diinjak dengan sepatu, bisa hancur, jadi lenyap, dinegasi, tapi tidak melahirkan yang baru. Ini adalah negasi yang tidak dialektis, adalah negasi yang non-dialektis. Dalam hal ini tidak terjadi perkembangan. Untuk perkembangan satu hal-ihwal, diperlukan negasi yang dialektis, yaitu ada syarat bagi lahirnya pengganti yang dinegasi. Dengan menguasai hukum negasi dari negasi, perkembangan biologi bisa dikendalikan dengan menciptakan syarat-syarat bagi munculnya negasi yang diinginkan. Dengan demikianlah ditemukan bibit unggul, hingga bisa meningkatkan hasil pertanian. Begitu pula dalam peternakan, turun temurunnya ternak yang dipelihara bisa ditingkatkan kwalitasnya dengan menciptakan syarat-syarat yang dibutuhkan bagi negasi yang dilahirkan dari ternak induk.

Hukum negasi dari negasi juga berlaku dalam matematik. Jika bilangan a dinegasi, dia menjadi –a. BIlangan –a adalah negasi dari bilangan a. Dan jika bilangan –a dinegasi lagi dengan mengkalikannya dengan –a , kita mendapat +a pangkat dua, yaitu bilangan a positif semula, tapi dalam tingkat lebih tinggi, a pangkat dua. Terjadi pengulangan, dengan yang baru itu lebih tinggi dari yang semula. Demikian pula kita bisa mendapat a pangkat dua dengan mengkalikan a dengan a. a pangkat dua jika dicabut akarnya akan menghasilkan +a atau –a. Yang lama dinegasi, muncul yang baru dengan tetap membawa ciri unsur yang lama. Terjadi proses silih berganti. Operasi-operasi matematik adalah proses negasi dari negasi. Mulai dari operasi-operasi sederhana, seperti penambahan, pengurangan, pengkalian, pembagian, pencabutan akar sampai operasi matematik yang rumit-rumit seperti logarithma, persamaan-persamaan diferensial dan persamaan integral. Bahkan matematik modern pemodelan, komputasi dan simulasi adalah proses negasi dari negasi. (Baca karya Prof. M. Bunjamin: PEMODELAN, KOMPUTASI, DAN SIMULASI, Dalam Sains Dan Teknologi.)

Dalam sejarah, terjadi perobahan masyarakat dari masyarakat komune primitif menjadi masyarakat perbudakan, masyarakat perbudakan digantikan lagi oleh masyarakat feodal; masyarakat feodal digantikan oleh masyarakat kapitalis. Peralihan masyarakat komune primitif menjadi masyarakat perbudakan adalah liwat hancurnya masyarakat komune primitif, dinegasinya masyarakat komune primitif, dan digantikan oleh negasinya, yaitu masyarakat perbudakan. Dan seterusnya. Dan seterusnya.

Hukum negasi dari negasi juga berlaku dalam proses perobahan masyarakat dalam sejarah Indonesia. Masyarakat jajahan lenyap, diganti oleh masyarakat Indonesia merdeka. Penjajahan dinegasi oleh kemerdekaan. Kekuasaan politik kolonial digantikan oleh kekuasaan pemerintah nasional. Dari segi hukum dialektika negasi dari negasi, pemerintah sivil Bung Karno digulingkan oleh rezim Soeharto, dinegasi dengan mendirikan kediktatoran militer. Pemerintah Bung Karno yang bekerjasama dengan komunis, yang mengangkat semboyan Nasakom dinegasi oleh pemerintah Soeharto yang anti-komunis. Teror anti-komunis dengan pembantaian ratusan ribu manusia oleh rezim Soeharto hanyalah satu adegan dari skenario global pembasmian komunisme dunia yang digalakkan Amerika Serikat. Bibit-bibit anti-komunis itu sudah terdapat dalam pemerintah Bung Karno, yaitu golkar dan kekuatan kanan Angkatan Darat yang mengikuti strategi PERANG DINGIN, strategi the Policy of Containment – pembasmian komunisme dunia -- yang dikobarkan Amerika Serikat. Hukum negasi dari negasi berlaku dalam proses penggulingan dan penggantian pemerintah Bung Karno.

Hukum negasi dari negasi berlaku pula bagi proses perkembangan semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu sosial. Mekhanika Newton digantikan oleh mekhanika kwantum kelanjutan dari gagasan Niels Bohr tentang kwantum. Filsafat bertarung jalin berjalin antara materialisme dan idealisme. Dialektika Hegel yang idealis diserap dan dijungkir balikkan oleh Marx menjadi dialektika materialis. Materialisme Feurbach yang metafisik dijungkir balikkan menjadi materialisme dialektik. Ajaran-ajaran ekonomi politik Adam Smith dan David Ricardo diserap dan dikembangkan oleh Marx dan Engels dengan karya Das Kapital dan lain-lain. Lahirnya Marxisme adalah negasi dari ilmu sosial yang sudah ada sebelumnya, yaitu semua ilmu sosial yang membenarkan penghisapan manusia oleh manusia. Marx bukan hanya memakukan ajaran perjuangan klas dari tokoh-tokoh ilmu sosial sebelumnya, bahkan melengkapinya dengan ajaran tentang diktatur proletariat. Dalam perkembangan masyarakat kapitalis, Marxisme sudah tidak memadai untuk melawan penghisapan kapital, untuk mewujudkan masyarakat bebas dari penghisapan kapital, masyarakat tanpa penghisapan manusia oleh manusia, untuk mewujudkan sosialisme. Ajaran Marx tentang diktatur proletariat yang ditentang oleh Bernstein, Kautsky, dan kaum sosial-demokrat dibela oleh Lenin. Dengan tegas Lenin menyatakan, bahwa seseorang barulah Marxis, jika disamping menerima ajaran klas dan perjuangan klas, juga menerima ajaran diktatur proletariat. Memang, ajaran tentang klas dan perjuangan klas bukanlah penemuan Marx. Jauh mendahului Marx, ajaran tentang klas dan perjuangan klas sudah dipaparkan oleh tokoh sosialisme utopi Perancis, Claude Henry Saint-Simon (1760-1825), lebih-lebih lagi Adam Smith dan David Ricardo. Jadi yang asli dari Marx bukanlah ajaran perjuangan klas, tetapi ajaran tentang diktatur proletariat. Lenin bukan hanya membela ajaran diktatur proletariat Marx, tetapi dengan konsekwen melaksanakannya dalam praktek, hingga berhasil memimpin revolusi Oktober sosialis Russia tahun 1917 serta mendirikan Uni Republik-Republik Sovyet Sosialis (URSS). Mendirikan negara diktatur proletariat yang pertama di dunia. Dan Lenin mengembangkan ajaran tentang sosialisme, mulai dari filsafat, ekonomi politik, pembangunan partai politik proletariat, hingga Marxisme menjadi Leninisme. Leninisme lahir dari Marxisme. Dipandang secara filosofis, dari segi metode dialektika, Leninisme adalah negasi dari Marxisme. Teori tentang sosialisme tidak berhenti sampai Leninisme. Di Tiongkok, Leninisme yang dipraktekkan dalam revolusi dan dalam pembangunan sosialis berkembang menjadi Fikiran Mao Zedong. Pelaksanaan Fikiran Mao Zedong dalam pembangunan sosialisme bercirikan Tiongkok di ujung abad ke-XX melahirkan Teori Deng Xiaoping. Di Vietnam, berdasarkan syarat-syarat sejarahnya sendiri, Marxisme-Leninisme berkembang dengan Fikiran Ho Chi Minh. Di Republik Demokrasi Korea Marxime-Leninisme berlanjut jadi ajaran Juche dari Kim Il Sung. Partai Komunis Kuba yang dipimpin Fidel Castro tetap menjadikan Marxisme-Leninisme sebagai ideologi pembimbing partai, memimpin pembangunan sosialisme di Kuba. Demikianlah, hukum negasi dari negasi berlaku dalam perkembangan teori sosialisme. Bahkan di Tiongkok, pada awal abad ke-XXI, sebagai hasil dari penyimpulan pengalaman dalam pembangunan sosialisme berkepribadian Tiongkok, Teori Deng Xiaoping diperkaya lagi dengan Fikiran Penting Tiga Mewakili, yang diajarkan oleh Jiang Zemin, selanjutnya diperkaya lagi dengan Pandangan Ilmiah Tentang Perkembangan yang dicetuskan oleh Hu Jintao. Dengan demikian, ideologi pembimbing Partai Komunis Tiongkok dewasa ini adalah Marxisme-Leninisme, Fikiran Mao Zedong, Teori Deng Xiaoping, Fikiran Penting Tiga Mewakili serta Pandangan Ilmiah Tentang Perkembangan. Jadi Marxisme tidaklah mandeg, tapi berkembang terus. Maka perkembangan teori sosialisme juga mengikuti hukum dialektika negasi dari negasi , yaitu berkembang maju terus-menerus. Berdasarkan penyimpulan pengalaman praktek, muncul rumusan baru melengkapi yang lama, yang lama tak ditinggalkan atau dibuang.

Ambruknya Uni Sovyet dan lahirnya berbagai republik yang berdaulat, juga adalah mengikuti hukum negasi dari negasi. Uni Republik-Republik Sovyet Sosialis dinegasi oleh berbagai negara berdaulat. Sebabnya adalah: pimpinan URSS mencampakkan ajaran diktatur proletariat. Ajaran diktatur proletariat dinegasi oleh gagasan Khrusycyov tentang negara seluruh rakyat dan partai seluruh rakyat. Selanjutnya dilengkapi lagi oleh ajaran Gorbacyov dalam bukunya PYERYESTROIKA I NOVOYE MISHLYENIYE (Perestroika Dan Pemikiran Baru) yang mencampakkan ajaran Lenin tentang diktatur proletariat. Ini adalah negasi dari Leninisme. Negasi dari Leninisme menghasilkan negasi dari URSS, inilah yang menyebabkan ambruknya URSS. Hancurnya Uni Sovyet bukanlah karena salahnya Marxisme-Leninisme, atau bangkrutnya Marxisme-Leninisme, tapi karena dicampakkannya ajaran perjuangan klas dan diktatur proletariat yang menjadi batu alas ajaran Marxisme-Leninisme.

Dengan ambruknya Uni Sovyet, kekuatan anti-sosialisme dunia bergendang paha, bersorak-sorai mempropagandakan bangkrutnya Marxisme. Tetapi kenyataannya, sosialisme dan gerakan untuk sosialisme tidaklah punah di dunia. Tiongkok dengan sukses membangun ekonominya yang mengagumkan dunia. Republik Rakyat Tiongkok dengan seperlima penduduk dunia itu adalah negara diktatur multi partai dibawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok, diktatur proletariat yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi sejarah Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok menjadikan Marxisme-Leninisme ideologi pembimbingnya. Dengan demikian, sukses-sukses pembangunan sosialisme berkepribadian Tiongkok adalah demonstrasi kemenangan Marxisme yang tak terbantahkan. Kenyataan ini diperkuat lagi dengan sukses-sukses Republik Sosialis Vietnam dalam pembangunan, hingga Vietnam tampil sebagai kekuatan ekonomi baru Asia Tenggara. Dalam pada itu kemenangan Partai Komunis Nepal (Maois) melawan otokrasi feodal Nepal hingga wakilnya masuk Pemerintah Nepal, dan gelora kebangkitan rakyat-rakyat Amerika Latin dengan dipelopori Venezuela mengumandangkan cita-cita membangun sosialisme, adalah demonstrasi yang jelas-jemelas, terang benderang bagaikan bersuluh matahari menunjukkan kemenangan-kemenangan baru Marxisme.

Dalam suasana globalisasi yang menggelora dan fikiran ilmiah di dunia mencapai kemenangan-kemenangan besar, Indonesia dilanda pembodohan. Bagaimana dengan penggunaan hukum-hukum dialektika memahami kenyataan Indonesia yang harus dirobah ini ? Dapatkah melenyapkan pembodohan yang terdapat sekarang ini ?

Proses perobahan masyarakat tak dapat dicegah. Perobahannya terjadi liwat perobahan kekuasaan politik. Hanya kekuasaan politik yang secara tuntas meninggalkan kediktatoran orba, yang sepenuhnya menjalankan prinsip-prinsip demokrasi, memiliki program dan berbuat melenyapkan pembodohan lah yang dapat merobah masyarakat Indonesia sekarang. Disamping itu harus digalakkan peningkatan cara berfikir rakyat dengan membuang cara berfikir yang serba-menerima, serba-percaya, menegakkan cara berfikir ilmiah, cari kebenaran dari kenyataan.

*****


(Bersambung)


9-9-2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog