Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

20 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di SIA

X. PERANG KOREA (VI)

Kekalahan Perang Membendung Komunisme.

Semenjak itu, Amerika Serikat menjalankan politik rangkap dalam Perang Korea: bertempur, membangun garis pertahanan yang rasional, dan dilain pihak melakukan perundingan politik untuk mencapai penyelesaian Perang Korea. Acheson menghubungi George Kennan, memintanya mengadakan hubungan dengan Yakob Malik, wakil URSS di PBB, mengenai usaha mencapai perdamaian di Korea. Kepada Yakob Malik dikemukakan, bahwa wakil Amerika bersedia bertemu dengan wakil Tiongkok Komunis untuk merundingkan masalah penghentian perang di Korea. 23 Juni 1952, dalam pedato radionya, Yakob Malik mengemukakan antara lain, bahwa URSS, Republik Rakyat Tiongkok menginginkan penyelesaian konflik Korea dengan jalan damai. 25 Juni 1952, Truman dalam pedatonya mengenai politik luarnegeri Amerika menyatakan, bahwa Amerika Serikat ingin ambil bagian menyelesaikan masalah Korea dengan jalan damai. 1 Juli 1952, Radio Beijing menyiarkan, bahwa Republik Rakyat Tiongkok bersedia melakukan perundingan untuk penghentian tembak menembak dan operasi militer, demi menciptakan perdamaian. Juga dinyatakan, supaya perundingan diadakan di kota-terbuka.

7 Juli 1952 dimulai perundingan pertama oleh para perwira penghubung. 10 Juli 1952 berlangsung perundingan resmi untuk penghentian tembak menembak. Fihak Korea mengajukan tiga syarat: 1. Kedua belah fihak mengumumkan penghentian tembak menembak dan menghentikan operasi-operasi militer; 2. garislintang 38 derajat dijadikan garis demarkasi; 3. dalam batas waktu secepatnya, semua pasukan asing ditarik mundur dari Korea. Delegasi Amerika Serikat menolak fasal 3 syarat-syarat yang diajukan Korea Utara itu dengan alasan, bahwa sebelum adanya semua jaminan, maka masih diperlukan adanya pasukan asing untuk mencegah timbulnya konflik baru selanjutnya. Pendirian Amerika ini didukung oleh negara-negara Barat dan Korea Selatan.
Begitu perundingan dimulai, Ridgway memerintahkan Angkatan Udara di bawah komandonya mengerahkan semua kekuatan untuk melakukan serangan. Rencana Ridgway adalah: selama kira-kira 3 bulan dilakukan pemusnahan jaringan jalan-jalan keretaapi Korea Utara dengan cara pemboman besar-besaran, hingga seluruh jaringan lalulintas Korea Utara musnah. Dengan demikian, pasukan sukarelawan tak bisa berhubungan dengan garis belakangnya untuk menjamin suplai. Sebagai pelaksanaan perintah letnan jenderal Forest, panglima Angkatan Udara Pasukan ke-V daerah Timur Jauh Amerika Serikat, telah dikerahkan sebanyak 1700 pesawat pembom dan tempur, termasuk B-26, B-29 dan F-86. Setiap hari penyerangan dilakukan sebanyak 900 kali. Dalam bulan Juli 1952 di Korea Utara terjadi banjir besar, yang mengakibatkan kesulitan untuk membetulkan jembatan-jembatan dan jalan-jalan keretaapi yang rusak. Di satu daerah dengan jalan kereta api sepanjang 77.5 kilometer telah dimusnahkan dengan pemboman sebanyak 38.000 kali. Dalam penggunaan Angkatan Udara selama paro pertama tahun 1952, Amerika kehilangan 1743 pesawat terbang diantaranya 575 ditembak jatuh.
Ridgway juga melancarkan perang kuman. 21 Feberuari 1952, Kantor Berita Xin Hua memberitakan, bahwa dari tanggal 28 Januari sampai 17 Februari 1952, pasukan Amerika Serikat telah menggunakan pesawat-pesawat terbang menyebarkan bahan kimiah penyebar kuman yang mendatangkan wabah penyakit. Penyebaran senjata kuman bukan hanya di daerah perang Korea Utara, tapi sampai ke udara Tiongkok Timur Laut. Berdasarkan hasil penelitian, Dewan Ilmu Pengetahuan Internasional menyatakan dalam laporannya: "Rakyat Korea Utara dan Rakyat Tiongkok Timur Laut sudah dijadikan sasaran senjata kuman yang dipakai pasukan Amerika Serikat, dengan menggunakan berbagai cara termasuk cara yang dipakai Jepang dalam Perang Dunia ke-II yang telah disempurnakan". Sekjen Persatuan Ahli Hukum Demokratis Internasional secara khusus mengirim kawat ke PBB memprotes penggunaan senjata kuman oleh pasukan Amerika Serikat.

Dalam perundingan 26 Juli 1952, Amerika menolak garis lintang 38 derajat sebagai batas garis demarkasi dan mengusulkan supaya pasukan Korea Utara dan pasukan sukarelawan mundur sejauh 38 samapi 68 km dari kedudukannya sekarang, supaya mengosongkan daerah seluas 12.000 km persegi yang akan digunakan Angkatan Laut dan Udara Amerika sebagai pangkalan. Usul ini ditolak oleh Korea Utara dan Tiongkok. Perundingan menemui jalan buntu. 23 Agustsu 1952 perundingan dinyatakan dihentikan. Wakil Amerika Serikat dalam perundingan ini menyatakan, "Biarlah bom, meriam dan senapan yang berbicara"..
Demi melanjutkan usahanya untuk memblokade Tiongkok, Amerika Serikat mensponsori pengambilan resolusi di Dewan Keamanan PBB untuk menyatakan Tiongkok sebagai agresor di Korea, dan supaya melakukan embargo atas Tiongkok. Amerika menggerakkan Armada ke-VII nya melakukan latihan perang di Samudera Pasifik. Dengan demikian tak diragukan lagi, Tiongkok akan tertutup rapat.

18 Agustus 1952 pasukan PBB melancarkan serangan musim panas dengan kode "tak terkalahkan". Bertempur sampai 18 September 1952, pasukan sukarelawan dan Korea Utara memukul mundur serangan ini. Pasukan PBB mengalami korban sebanyak 78.000 orang, termasuk 22.000 pasukan Amerika. 29 September 1952, pasukan PBB melancarkan serangan musim rontok. Pasukan Amerika menggunakan taktik "perang tank". Dalam serangan ini, pasukan PBB korban sebanyak 79.000 orang lebih. Kepala Gabungan Kepala Staf, jenderal Omar Bradley mengatakan sambil ketawa: "Dengan menggunakan cara berperang seperti ini, Ridgway baru mencapai Sungai Yalu dalam tempo 20 tahun". (Quan Qiu Chu Ji 1997: 99) Korban-korban yang demikian besar mengakibatkan Amerika kembali bersedia maju ke meja perundingan.
25 Oktober 1952, perundingan dimulai lagi di Pan Mun Yong. Amerika melonggarkan tuntutan Angkatan Laut dan Udaranya mengenai daerah untuk pangkalan.

Dalam pada itu, Truman mengangkat jenderal Ridgway menjadi panglima pasukan NATO. Ridgway digantikan oleh Mark W. Clark sebagai panglima pasukan PBB. Mark Clark memerintahkan pemboman besar-besaran atas kota-kota dan daerah industri Korea Utara. 78 kota Korea Utara musnah menjadi puing.
Selama 43 hari, dalam pertempuran yang berakhir pada 25 November 1952, pasukan Amerika telah menumpahkan 10.000 bom, menembakkan 1.900.000 peluru meriam yang menyebabkan berkurangnya tinggi sebuah bukit terkenal, Sangkumryung, setinggi dua meter. Benteng pasukan sukarelawan di bukit Sangkumryung ini diserang 900 kali, dan dari sini sukarelawan melancarkan serangan yang menyebabkan Pasukan PBB korban sebanyak 25.000 orang.

Tahun 1952 adalah tahun pemilihan Presiden Amerika. Karena kekalahan-kekalahan besar dan kegagalan-kegagalannya di Korea, Truman yang semula mau mencalonkan dirinya menjadi Presiden, membatalkan maksudnya itu. 23 Okrober 1952, sebagai calon Presiden dari Partai Republik, Dwight Eisenhower menyatakan: "Jika saya menang dalam pemilihan, saya akan mengunjungi Korea …. Harus pergi ke front depan, bertukar fikiran dengan para prajurit; …. Saya dalam masa-masa sulit mengalami hal yang demikian, mulai dari Afrika Utara, kemudian di Perancis dan Jerman…. Saya telah bertekad bulat untuk berkunjung ke Korea …." (Quan Qiu Chu Ji 1997: 103). 25 Oktober 1952 Eisenhower menyatakan: "Jika saya terpilih jadi Presiden, saya pribadi akan berkunjung ke Korea, demi mengakhiri peperangan ini". (Idem: 104). Akhirnya, 3 November 1952 dia menyatakan lagi: "Usaha perdamaian adalah sangat berharga di mata rakyat yang bebas; tugas pertama pemerintah baru haruslah menghentikan perang yang telah melibatkan ribuan keluarga Amerika, yang mengandung bibit bahaya konflik perang dunia ketiga yang tragis". (Idem : 105). Eisenhower terpilih jadi Presiden Amerika Serikat yang ke 34.

20 Januari 1953, Eisenhower dilantik menjadi Presiden. 2 Februari 1953, dia menyatakan bahwa masalah Korea tak dapat dipecahkan dengan perang. Penyelesaiannya harus ditimpakan di pundak rakyat Korea sendiri. Untuk itu, Amerika harus memperbesar bantuan bagi Korea Selatan. Amerika Serikat bersedia membantu membangun 20 divisi pasukan Korea Selatan Dia juga bermaksud menggunakan pasukan Chiang Kaishek. Inilah politik global Amerika Serikat. Dalam pada itu, 3 Februari 1953, Eisenhower mengemukakan masalah memblokade Tiongkok. Eisenhower masih bermaksud memperluas perang dengan membomi wilayah Tiongkok, bahkan dengan menggunakan senjata nuklir.

19 Mei 1953 sidang Gabungan Kepala Staf Angkatan Perang Amerika Serikat masih mengusulkan kepada Presiden supaya menggunakan Angkatan Laut dan Udara untuk menyerang wilayah Tiongkok, termasuk dengan menggunakan senjata nuklir. 20 Mei 1953 National Security Council, NSC, (Dewan Keamanan Nasional) Amerika Serikat menyetujui usul ini. Untuk menekan Tiongkok, Menteri Luarnegeri Amerika Serikat John Foster Dulles melakukan gertakan nuklir, yaitu akan menggunakan senjata nuklir.. Dia mengancam akan membom wilayah Utara Sungai Yalu. Suksesnya percobaan bom nuklir baru Amerika dipergunakannya untuk menakut-nakuti Tiongkok. Dia menyatakan, bahwa hanyalah jika Amerika pertama-tama dengan keras menekan Tiongkok, barulah di mata seluruh Asia, Amerika mempunyai kedudukan yang unggul. Akhirnya, Eisenhower sendiri berpendapat, bahwa penyatuan Korea dengan menggunakan senjata adalah satu impian belaka.

Di Amerika dan di banyak negeri di dunia berlangsung gerakan menentang Perang Korea dan menuntut perdamaian. Di Eropa timbul kekhawatiran akan perluasan perang. Sekutu terdekat Amerika, Inggeris, menentang penggunaan pasukan Chiang Kaishek, menentang perluasan perang. Pejabat tinggi Kementerian Luarnegeri menyatakan, bahwa memblokade Tiongkok adalah satu kesalahan. Van Fleet, kolega Eisenhoser di Akademi Militer Westpoint menyatakan, bahwa posisi pertahanan pasukan komunis sangat kuat. Dikalangan Kongres Amerika terdapat pendapat, bahwa tak pandang cara apapun yang ditempuh dalam Perang Korea, daftar korban di fihak Amerika tetap bertambah panjang.
Atas perintah Eisenhower, jenderal Mark W.Clark membuka lagi perundingan Pan Mun Yong. 8 Juni 1953, dalam perundingan tercapai persetujuan mengenai pembebasan tawanan perang. Kemudian disusul dengan persetujuan perletakan senjata. Tapi persetujuan ini ditentang oleh Pemerintah Syng Man Rhee. Bahkan Korea Selatan melakukan serangan lagi.

Pasukan sukarelawan kian menguasai taktik menyerbu pertahanan perbentengan yang kuat dalam perang posisi. Akhir Juli 1953 pasukan sukarelawan mengerahkan sebanyak 4 gabungan tentara hingga berhasil membasmi satu resimen artileri berat Amerika Serikat dan sebagian besar dari empat divisi pasukan Korea Selatan. Dengan taktik barunya ini, pasukan sukarelawan dapat mengambil inisiatif dalam perang posisi. Selama Perang Korea, pasukan sukarelawan bersama pasukan Republik Rakyat Demokrasi Korea telah membangun terowongan sepanjang 1.250 kilometer dan parit-parit perbentengan sepanjang 6.240 kilometer, yang berarti telah memindahkan 60 juta meter kubik tanah dan batu karang.

Dalam Biografi Truman ditulis, bahwa menurut catatan Sekretariat PBB, dalam Perang Korea pasukan PBB mengalami korban meninggal dan luka-luka sebanyak 228.941 orang, yang terbanyak adalah orang Korea Selatan, yaitu sebanyak 168.652, dan orang Amerika sebanyak 57.120 orang. Korban yang besar, dan kekalahan-kekalahan di medan tempur serta tekanan gerakan rakyat di banyak negeri yang menentang Perang Korea memaksa Amerika Serikat dan Korea Selatan menerima persetujuan dalam perundingan tanggal 26 Juli 1953. Panglima Pasukan PBB jenderal Mark W.Clark menyatakan, "Karena memenuhi instruksi Pemerintah kami, saya jadi memperoleh julukan yang tak patut ditiru, yaitu sebagai seorang panglima Amerika Serikat yang pertama dalam sejarah, yang menandatangani persetujuan perletakan senjata tanpa memperoleh kemenangan".

Demikianlah, Perang Korea, perang pembendungan komunisme di Asia Timur yang dilancarkan Amerika Serikat sebagai salah satu puncak pendahuluan Perang Dingin, berakhir dengan kekalahan Amerika. Dan komunisme di Asia Timur tak bisa dibendung.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog