Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

19 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di Asia

XI. PERANG VIETNAM (I)

Amerika Menyusup Ke Asia Tenggara.

Untuk membasmi kaum komunis di Indocina dan membendung komunisme di Asia Tenggara, Amerika mengobarkan Perang Vietnam. Inilah salah satu puncak Perang Dingin di Asia. Perang ini lebih dahsyat dari Perang Korea dan Perang Dunia kedua. Inilah perang terpanjang yang dilangsungkan Amerika dalam sejarahnya. Selama duabelas tahun duapuluh enam hari, Amerika berperang di daerah seluas seperduapuluh delapan luas Amerika Serikat atau seperseribu lima ratus lima puluh tujuh luas permukaan bumi, tapi menggunakan bahan ledak dua kali lipat yang dipakai di semua medan pertempuran dalam Perang Dunia kedua. Dalam perang ini Amerika menggunakan senjata-senjata termodern yang belum pernah dipakai selama ini, termasuk senjata-senjata kimiah dan gas beracun. Perang ini demikian membahayakan ketenteraman dunia, karena dalam berbagai kesempatan, Gabungan Kepala-Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat menyarankan untuk mengambil tindakan yang menjurus pada penggunaan senjata nuklir. Di negeri sekecil ini, Amerika menumpahkan bom dan peluru dengan daya-ledak melebihi dari daya-ledak 500 bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Menghabiskan biaya 136 milyar dollar. Ini berarti 11.3 milyar setahun. Membawa korban 40.000 jiwa pemuda Amerika dan hampir 4000 pesawat terbang. Disamping mengobarkan perang, Amerika merekayasa berbagai coup d'etat untuk menciptakan pemerintah yang anti komunis di Vietnam Selatan, Kamboja dan Laos. Dan Pemerintah J.F.Kennedy mengambil keputusan untuk lebih melibatkan Amerika dalam masalah Vietnam, karena menurut Amerika, jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan kaum komunis akan mengancam sekuriti Barat.Oleh karena itu, dia memperbesar jumlah pasukan di Vietnam Selatan, Kamboja dan Laos. Dan Perang Vietnam berkobar secara besar-besaran. Walaupun demikian, perang berakhir dengan mundurnya pasukan Amerika. Dan kaum komunis di Indocina tidak terbasmi.

Sesudah terbentuknya NATO di bulan Juli 1949, Amerika Serikat mengambil inisiatif membentuk SEATO (South East Asia Treaty Organisation) untuk membendung komunisme di Asia Tenggara. Saat itu, gerakan pembebasan nasional sedang kian bergelora di seluruh Asia. Menyusul Indonesia, Vietnam memproklamirkan berdirinya Republik Demokratis Vietnam pada 2 September 1945. Inilah puncak kemenangan revolusi demokratis Vietnam di bawah pimpinan Partai Laodong Vietnam yang diketuai oleh Ho Chi Minh.
Di mata para penguasa Amerika, ini merupakan tanda bahaya akan merebaknya komunisme di Asia Tenggara. Politik Amerika Serikat sehabis Perang Dunia ke II terhadap daerah Asia Tenggara adalah membantu Perancis untuk mempertahankan sistim penjajahan, menindas gerakan pembebasan nasional. Liwat Plan Marshall, Perancis mendapat bantuan ekonomi dan keuangan yang dipergunakan buat mempersenjatai pasukan menindas gerakan pembebasan nasional di Indocina. September 1951, Panglima pasukan Perancis di Vietnam, De Lattre de Tassigny pergi ke Washington melapor dan meminta bantuan Amerika Serikat. Dalam bulan Oktober, jenderal Collins, Kepala Gabungan Kepala-Kepala Staf Angkatan Perang Amerika Serikat melakukan inspeksi pasukan ekspedisi Perancis di Vietnam. Sejak semula, Amerika Serikat telah mensuplai Perancis dengan bantuan keuangan dan senjata. 85% dari senjata pasukan Perancis yang dirampas Tentara Rakyat Vietnam awal tahun limapuluhan adalah memakai merk "made in USA".

Di kala di Asia para Perdana Menteri Zhou Enlai, Jawaharlal Nehru dan U Nu mengambil inisiatif merumuskan lima prinsip koeksistensi secara damai dalam mengatur hubungan antar negara yang berbeda sistim sosial dan politiknya, Amerika mengobarkan semangat Perang Dingin dengan politik membendung komunisme -- the policy of containment. Realisasi politik ini adalah dimulai dengan memperkuat kolonialisme Perancis. Untuk itu, Amerika telah membantu tiga perempat dari anggaran belanja Corps Ekspedisi Perancis yang melakukan operasi militer di Indocina. Walaupun demikian, benteng Dien Bien Phu, benteng kuat dan strategis terancam jatuh ke tangan Tentara Rakyat Vietnam.

April 1954 Washington menyusun rencana dengan mengajak Inggeris untuk melakukan intervensi pakai Angkatan Udara dan Angkatan Laut. Tapi Inggeris ragu-ragu. Dan serangan-serangan Tentara Rakyat Vietnam kian menghebat. Dalam pada itu, Ngo Dinh Diem yang sudah sekian tahun bermukim di Amerika, kembali ke Vietnam. Tak lama kemudian benteng strategis Perancis yang kokoh, Dien Bien Phu, tak dapat dipertahankan Perancis. Perancis terpaksa bersedia maju ke meja perundingan. Berlangsunglah Konferensi Jenewa mengenai Indocina yang diikuti oleh Perancis, Amerika Serikat, RD Vietnam, Kamboja, Laos dan RRT. Mei 1954, Konferensi Jenewa dengan sukses memutuskan antara lain: mengakui Republik Demokratis Vietnam, dan bahwa atas dasar kesatuan Vietnam, untuk sementara Vietnam dibagi atas dua zone demi mengakhiri keadaan perang, terutama untuk bisa berkumpulnya kembali Korps Ekspedisi Perancis di Vietnam Selatan dan selanjutnya menarik diri ke Perancis, membatasi jumlah personil militer Amerika Serikat sebanyak 685 orang yang diperbolehkan berada di Indocina. Amerika tidak menandatanganinya. Tapi “delegasi Amerika Serikat ke perundingan itu, Bedell Smith menyatakan, bahwa Amerika Serikat akan menaatinya” (The U.S... Humanity 1966: 36-37) Dalam pada itu, Presiden D.Eisenhower menyatakan bahwa “Amerika Serikat tidaklah merupakan peserta dari Konferensi atau terikat pada keputusan-keputusan Konferensi ... Persetujuan itu memuat bagian-bagian yang tidak kita sukai ...” (12 Years....Laos 1966: 20; Ziap 1966: 94)

Tak lama setelah berakhirnya Konferensi Jenewa ini, Amerika Serikat pada 8 September 1954 mendirikan pakta militer SEATO dalam suatu konferensi di Manila. SEATO didirikan dengan bermarkas besar di Bangkok. Anggota-anggotanya adalah: Amerika Serikat, Inggeris, Perancis, Australia, Thailand, Filipina dan Pakistan. Dari tujuh negara anggota, yang Asia Tenggara hanyalah Thailand dan Filipina. Pada tahun 1955, Amerika telah berhasil membentuk NATO yang menghimpun 14 negeri, SEATO menghimpun 7 negeri, ANZUS 3 negeri, Pakta Baghdad 5 negeri di bawah komando Amerika Serikat. Dengan demikian URSS, negeri-negeri sosialis Eropa Timur, RRT, RRD Korea, RD Vietnam telah berada dalam kepungan pakta-pakta militer. Di samping itu, Amerika mengikat berbagai negeri Asia dengan perjanjian-perjanjian militer bilateral dengan Jepang, Korea Selatan, Filipina dan Taiwan. Putusan-putusan Konferensi Jenewa dicampakkannya, dengan menempatkan Vietnam Selatan, Laos dan Kamboja dalam daerah yang dinamakannya "daerah yang dilindungi" oleh Pakta Militer ini.

Amerika telah khawatir, bahwa “kaum komunis akan mencapai kemenangan menyeluruh di Indocina. Presiden Eisenhower mengerti akan popularitas Ho Chi Minh. Dia memperkirakan, bahwa jika ada pemilu di Vietnam, maka Ho Chi Minh akan memperoleh 80% suara. Karena itu, Amerika memerlukan tokoh saingan, yang dapat mencegah majunya kaum komunis ke puncak kekuasaan negara di Vietnam.” (Wise and Ross 1963:156; Eisenhower 1963: 449)
Gerakan perlawanan rakyat yang kian menggelora, menggoyahkan Pemerintah Vietnam Selatan. 11 November 1954, John Foster Dulles menyatakan didepan Senat Amerika: "Vietnam Selatan harus mempunyai pemerintah yang didukung oleh polisi dan pasukan keamanan yang cukup efisien untuk melenyapkan faktor-faktor agitasi". "Agitasi" yang dimaksud adalah kegiatan komunis yang terus berkembang. Ketika itu, “Eisenhower dan J.F.Dulles kagum akan kemenangan kampanye Ramon Magsaysay di Filipina melawan gerilya komunis, Huk Balahap. Mereka ingin menjalankan taktik yang sama untuk menghadapi kaum komunis Vietnam. Mereka meminta kolonel Angkatan Udara Edward Landsdale, petugas CIA yang telah memimpin operasi mendukung dan memenangkan Ramon Magsaysay. J.F Dulles menugaskan E.Landsdale untuk merekrut tokoh yang anti komunis di Vietnam. E.Landsdale sudah sejak tahun 1954 bekerja sebagai operator dinas propaganda CIA yang bertugas menyebarkan dokumen-dokumen palsu yang menyesatkan, untuk menimbulkan kekacauan di Vietnam Utara.” (Marchetti & Marks 1975: 48; Wise & Ross 1965: 156; The US....Humanity 1966: 39-40).

Dari penelitiannya, Landsdale menyimpulkan, bahwa Ngo Dinh Diem lah yang bisa menyelamatkan situasi. Sebagaimana halnya Amerika menokohkan Syng Man Rhee yang selama tigapuluh tujuh tahun hidup dan mendapat pendidikan di Amerika, Ngo Dinh Diem pun dari sejak semula, dalam pengasingannya di Amerika, disamping bermukim di Maryknoll Seminary di Lakewood, New Jersey, pernah mendapat pendidikan keagamaan di seminari. Selama hidup di Amerika Ngo Dinh Diem sudah anti-komunis dan giat melakukan lobby melawan Ho Chi Minh. Ketika itu, nama Ho Chi Minh sedang kian terkenal sebagai pemimpin gerilya komunis. Para penguasa Amerika memuja Ngo Dinh Diem sebagai "pejuang anti-komunis nomor satu di Asia", dan "jagoan kebebasan". (Hai Thu – Binh Thanh 1964: 24) Hampir setiap hari Landsdale bertemu Ngo Dinh Diem. Landsdale terlibat langsung dalam berbagai intrig di kalangan elite Vietnam. Di musim rontok tahun 1954, Landsdale mengetahui bahwa akan berlangsung usaha coup d'etat menggulingkan Ngo Dinh Diem yang dilakukan sejumlah perwira tinggi. Dia melaporkan ke Washington. Eisenhower menugaskan jenderal J.Lawton Collins, mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat ke Saigon untuk mendukung Ngo Dinh Diem mematahkan coup d'etat itu. Maka usaha coup d'etat itu gagal.

Di musim semi 1955, Ngo Dinh Diem melakukan pembersihan atas Binh Xuyen, tokoh kelompok kriminal yang mengontrol polisi Saigon. Dia memerintahkan untuk menutup daerah-daerah perjudian, prostitusi, opium yang dikuasai Binh Xuyen. Liwat saluran yang dipakai Landsdale, Ngo Dinh Diem mendapat dukungan Washington untuk membasmi Binh Xuyen. Kemudian, atas desakan Landsdale, diselenggarakan referendum untuk memberi legitimasi bagi kekuasaan Ngo Dinh Diem. Pemberian suara ditujukan untuk memilih antara Raja Bao Dai atau Ngo Dinh Diem. Raja Bao Dai sudah didiskreditkan sebagai raja yang korup dan antek kolonialisme Perancis. Dalam pemungutan suara 23 Oktober 1955, Ngo Dinh Diem memenangkan 98% suara. Maka dia diproklamirkan sebagai Presiden Vietnam. Saudaranya, Ngo Dinh Nhu diangkat menjadi ahli strategi politiknya. Karena khawatir akan ketidakstabilan kekuasaan Ngo Dinh Diem, Landsdale bermaksud mendorong Ngo Dinh Diem melakukan reform politik, untuk mengizinkan eksistensi partai-partai politik. Washington menentang fikiran Landsdale ini dengan alasan, bahwa Ngo Dinh Diem adalah alternatif satu-satunya yang harus didukung demi mencegah tampilnya kaum komunis memegang kekuasaan di Vietnam. Landsdale digeser, peranannya digantikan sepenuhnya oleh CIA. CIA menjalin kerjasama rahasia yang lebih erat dengan Ngo Dinh Diem. Disamping itu, Richardson, seorang petugas CIA dipekerjakan sebagai penghubung dengan Ngo Dinh Nhu. CIA memainkan peranan penting dalam mengonsolidasi kekuasaan Ngo Dinh Diem. Amerika Serikat kian memperbesar dukungan pada rezim Ngo Dinh Diem. Selama tahun 1955-1960 Amerika Serikat telah memberikan bantuan seharga satu milyar dollar bagi kepentingan ekonomi dan militer. “Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, 13 Mei 1957, Ngo Dinh Diem menyatakan, bahwa agresi komunis akan dapat ditahan dengan kerjasama antara pasukan Vietnam Selatan dan SEATO”. (Ziap 1966: 99)

Dalam mendukung Ngo Dinh Diem memegang kekuasaan di Saigon, Amerika Serikat melancarkan usaha program bantuan luarnegeri liwat SEATO. “SEATO memperluas tujuannya. Tidak saja untuk pertahanan bersama, tapi juga melakukan kegiatan mendorong kerjasama regional untuk tujuan-tujuan ekonomi dan kebudayaan serta untuk latihan-latihan khusus. Termasuk melaksanakan Proyek Pembangunan daerah Sungai Mekong, mengembangkan sarana komunikasi dan pengangkutan internasional, pertukaran-pertukaran penting di bidang kebudayaan yang sepenuhnya atau sebagian dibantu dengan dana Amerika Serikat. Dengan dibantu oleh, dipimpin dan dibiayai misi-misi kerjasama Amerika Serikat dengan Kementerian Kesehatan Thailand dan WHO, dibangun proyek sebuah pusat yang mengkordinasi kegiatan-kegiatan membasmi malaria di Birma, Kamboja, Laos, Malaysia dan Vietnam. Direncanakan pula sebuah program komunikasi yang merupakan satu program regional yang penting, termasuk proyek jaringan jalan raya di Thailand, Laos dan Vietnam yang akan dipergunakan untuk keperluan militer, untuk Angkatan Laut, polisi, penerbangan sivil dan perdagangan. Diadakan pula sebuah program pelajaran bahasa Inggeris yang disusun oleh ICA (International Corporation Administration) di tahun 1958 dengan markas di Bangkok dan team-team studi linguistik dari Universitas Michigan. ICA telah membantu menyusun sebuah program penelitian oseanografi di Vietnam dan Thailand, dengan harapan agar Kamboja juga ikut kedalamnya. Dan juga diusulkan untuk melakukan studi regional mengenai margasatwa dan wabah, dengan harapan memasukkan Birma, Kamboja, Laos, Filipina, Thailand dan Vietnam. Walaupun sibuk dengan masalah-masalah militer, SEATO juga menjadi pusat perencanaan ekonomi untuk Asia Tenggara. Dibawah pengawasan SEATO, Amerika Serikat sudah memberi dana untuk kontrak kerjasama dengan Universitas Hawai buat menyelenggarakan latihan keahlian bagi kaum buruh di seluruh daerah ini, dan kontrak kerjasama lainnya dengan Universitas Colorado untuk mendirikan sebuah sekolah tekhnik bagi para siswa dari Asia Tenggara”. (Vietnamese Studies 1970:No 26). Dengan demikian, berlangsunglah infiltrasi yang dimulai dari berbagai bidang kegiatan tadi. Infiltrasi berlangsung liwat bidang-bidang ekonomi dan keuangan, kegiatan politik, kegiatan intelijen, spionase dan komplotan-komplotan, kegiatan-kegiatan kultural dan ideologi serta kegiatan-kegiatan militer.
Sesungguhnya, intervensi Amerika Serikat di Vietnam sudah dimulai semenjak 1944-1945, yaitu liwat bantuan material dan keuangan pada Pemerintah Perancis. Ini dilanjutkan dalam tahun 1950, dengan mengirim misi militer ke Indocina, dengan menandatangani berbagai persetujuan dengan pemerintah-pemerintah Indocina, yang semuanya bertujuan untuk secara militer menindas gerakan pembebasan yang sedang dilangsungkan rakyat-rakyat Indocina. Intervensi Amerika Serikat ini menemui kegagalan dengan kemenangan Tentara Rakyat Vietnam di Dien Bien Phu dan ditandatanganinya Persetujuan Jenewa tahun 1954.
Sesudah tahun 1954, Amerika Serikat memusatkan usahanya di Vietnam Selatan dengan dua tujuan: Pertama, membasmi gerakan patriotik revolusioner dengan cara membinasakan semua unsur patriotik dengan penindasan berdarah. Kedua, menjadikan Vietnam Selatan sebagai pangkalan yang handal dan kemudian menyerang Vietnam Utara dengan pasukan yang dilatih dan dipersenjatai Amerika Serikat. Persetujuan Jenewa secara sistimatik jadi dilanggar. Perancis disingkirkan dari Vietnam. Tinggallah Amerika Serikat sebagai penguasa.
Dari 1954 - 1959, puluhan ribu orang yang dituduh "komunis", yaitu Viet Cong dibantai. Lebih dari 150.000 dipenjarakan atau dimasukkan kamp-kamp konsentrasi. Sedangkan jutaan lainnya dikumpulkan dalam "pusat-pusat kesejahteraan" dan "proyek-proyek pertanian" yang sesungguhnya adalah kamp-kamp konsentrasi.
Semenjak tahun 1954, berkembang perjuangan hebat membela hak-hak dasar, membela perdamaian dan kembali menyatukan tanah air. Pemerintah Ngo Dinh Diem yang didukung Amerika Serikat menjadi lumpuh di desa-desa, mengalami krisis yang mendalam. Di tahun 1960 pemberontakan-pemberontakan kian meluas. 20 Desember 1960 berdiri Front Nasional Pembebasan Vietnam Selatan.

Krisis Pemerintah Vietnam Selatan menyebabkan Amerika Serikat terpaksa mengambil politik baru. 1961 Kennedy terpilih jadi Presiden. Dia mengangkat jenderal Maxwell Taylor jadi penasehat militernya. 11 May 1961, Wakil Presiden Lyndon B. Johnson berkunjung ke Saigon, disusul oleh jenderal Taylor, dan pakar ekonomi Eugen Staley. Segera disusunlah rencana "Perang Khusus" yang bertujuan untuk membasmi gerakan patriotik Vietnam Selatan dalam jangka waktu 18 bulan.

*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog