Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

19 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN,Realisasi Doktrin Truman Di Asia

XI. PERANG VIETNAM (III)

Perang Rakyat Mengalahkan "Perang Khusus"

Selama tahun 1960-1965 di Vietnam Selatan telah berkobar "perjuangan politik" di kalangan massa rakyat. Wujudnya ialah rapat-rapat, demonstrasi-demonstrasi, pemogokan-pemogokan, aksi-aksi mengajukan berbagai macam ragam tuntutan. Ini berlangsung kian lama kian meluas, sampai ke desa-desa terpencil, dalam taraf pengorganisasian yang berbeda-beda.
Wanita memainkan peranan yang istimewa dalam "perjuangan politik" ini. Mereka memiliki pasukan politiknya sendiri, pimpinan sendiri, organisasi khusus. Anak-anak mereka, para suami, saudara-saudara mereka yang telah terbunuh, yang diasingkan, yang telah disiksa, terbakar oleh bom-bom napalm, yang kena racun oleh bahan-bahan kimiah dan gas beracun menyebabkan wanita Vietnam Selatan merasakan bahwa tidak ada jalan lain bagi mereka, kecuali berjuang untuk mengakhiri keadaan itu. Mereka berani berjuang, ulet, heroik dan pandai berjuang, tahu mengkombinasikan perlawanan yang keras dengan usaha meyakinkan yang lemah lembut. Mereka berani datang berbondong-bondong dengan tangan kosong untuk mencegah penggunaan meriam-meriam. Mereka membaringkan diri dijalan-jalan untuk mencegah gerak maju pasukan. Gelora perlawanan massa rakyat kian menjalar ke seluruh negeri.

2 Januari 1963 berlangsung pertempuran Apbac, sebuah desa kecil berpenduduk 600 orang di provinsi Mytho, 60 kilometer dari Saigon. Pasukan Vietnam Selatan di bawah komando jenderal Robert York menyerang untuk membasmi pasukan gerilya didesa itu. Serangan dilangsungkan melalui darat, sungai dan udara. Kompi pertama yang menyerang mendapat perlawanan sengit. 40 orang korban termasuk seorang kapten. Satu diantara 15 perahu pengangkut bermotor tenggelam. Secara bergelombang dikirim bantuan pasukan. 6 helikopter ditembak jatuh dan banyak lagi yang rusak. 3 mobil amfibi M.113 terbakar. 450 orang pasukan dibasmi, termasuk 13 orang Amerika, 15 helikopter rusak. Serangan ini gagal. Untuk pertama kalinya, pasukan gerilya mampu mematahkan "kartu troef" Perang Khusus Amerika, yaitu menghancurkan helikopter-helikopter dan kendaraan-kendaraan amfibi. Dalam bulan Februari 1963, di Apbac, pasukan Vietnam Selatan menyerbu sebuah desa sesudah desa itu dihujani bom dan tembakan meriam. Serangan ini dapat perlawanan. 200 orang pasukan gerilya berhasil membasmi 2000 pasukan reguler Vietnam Selatan yang didukung oleh banyak helikopter dan tank-tank amfibi. Sesudah pertempuran Apbac, para politikus Amerika sudah bersuara mengenai "perluasan perang ke Vietnam Utara". Diantara berbagai plan yang dirancang untuk perluasan perang ini, terdapat Plan Rostow 6 yang mengajukan tiga fase: 1. Memblokade Haiphong, 2. Melakukan serangan dari laut atas pantai-pantai Vietnam Utara, 3. Melakukan serangan udara atas Vietnam Utara. Kemudian, Plan ini disempurnakan dan dipakai sebagai dasar untuk ofensif terhadap Republik Demokrasi Vietnam.

McNamara menulis dalam bukunya In Retrospects: The Tragedy And Lessons of Vietnam, bahwa “sesudah terjadinya krisis politik di Vietnam Selatan, Pemerintah J.F.Kennedy mengambil keputusan untuk memperbesar terlibatnya Amerika dalam masalah Vietnam, karena jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan kaum komunis akan mengancam sekuriti Dunia Barat.” (McNamara 1995: ) Pada tahun 1963, pasukan Amerika di Vietnam sudah mencapai jumlah lebih dari 16.000 orang. Amerika Serikat telah mengeluarkan 3 milyar dollar, yang berarti satu setengah juta dollar sehari. Laksamana Harry D.Felt, panglima pasukan Amerika Serikat di Pasifik meramalkan, bahwa Vietnam Selatan akan mencapai kemenangan atas kaum komunis pada tahun 1966. Sebelum Ngo Dinh Diem digulingkan, Presiden Kennedy dan Dewan Keamanan Nasional Amerika menyatakan, bahwa tugas-tugas militer Amerika Serikat akan dapat diselesaikan pada akhir 1965.

8 Mei 1963, di Hue, kampung halaman nenek moyang Ngo Dinh Diem, berlangsung demonstrasi para penganut agama Budha melawan pemerintah Vietnam Selatan. 9 demonstran tertembak mati. 2 Agustus 1963, Ngo Dinh Nhu mengirim pasukan khusus ke Hue, menangkap dan memenjarakan ratusan penganut Budha, melukai banyak penduduk. Semuanya ini berlangsung berkat dukungan material dan keuangan CIA. Dengan peristiwa ini, sesudah satu dasawarsa menjadi pendukung gigih rezim Ngo Dinh Diem, Amerika Serikat meninjau kembali politiknya terhadap Vietnam Selatan. Amerika Serikat tahu, bahwa di mata massa rakyat Vietnam, Ngo Dinh Nhu sudah tidak populer lagi. Henry Cabbot Lodge, calon Wakil Presiden dari Partai Republik dalam pemilu tahun 1960 datang ke Saigon menjadi Duta Besar Amerika Serikat menggantikan Frederick E. Nolting Jr. Duta Besar yang baru ini menyatakan kepada Ngo Dinh Diem, bahwa Amerika Serikat menginginkan agar Ngo Dinh Nhu dan nyonyanya Madame Nhu disingkirkan dari kekuasaan negara.
29 Agustus 1963, dalam cablegram Duta Besar Lodge kepada Menteri Luarnegeri Dean Rusk dinyatakan, bahwa tidak ada jalan mundur dari menggulingkan Pemerintah Ngo Dinh Diem. 17 Oktober 1963 Ngo Dinh Nhu menuduh CIA berkomplot dengan para pendeta Budha untuk menggulingkan pemerintah..
Penggulingan Ngo Dinh Diem terjadi dengan persiapan yang berlangsung cukup lama sebelumnya. Sesudah Ngo Dinh Diem melancarkan serangan atas pagoda di Hue 21 Agustus 1963, Presiden Kennedy menyatakan, bahwa situasi akan lebih baik jika tidak ada lagi Tuan dan Nyonya Nhu. Pejabat CIA di Vietnam, Richardson, yang terlalu dekat dengan Ngo Dinh Nhu dipanggil pulang. 5 September 1963 malam, VOA menyiarkan berita, bahwa Presiden Kennedy menyatakan, bahwa Pemerintah Vietnam Selatan sekarang ini tak akan mampu menang dalam perjuangan melawan gerilya komunis, karena tidak didukung rakyat. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kepercayaan dari rakyat adalah merobah politik dan personalia pimpinan Pemerintah. 2 September 1963, harian Times of Vietnam memuat tulisan berjudul CIA Membiayai Coup d’etat..yang antara lain menulis, bahwa orang-orang CIA yang ditempatkan pada biro politik Kedutaan Besar Amerika, pada seksi Sekuriti Umum U.S.O.M dan pada Biro G.2 M.A.A.G sudah mempersiapkan rencana yang jelimet untuk menggulingkan Pemerintah Vietnam Selatan. Rencana ini mendapat restu dari pejabat tinggi Kementerian Luarnegeri Amerika. Diungkapkan pula, bahwa semenjak bulan Januari tahun itu, para ahli pekerjaan rahasia yang sudah berhasil mendalangi berbagai coup d'etat di Turki, Guatemala dan Korea Selatan, telah berangkat ke Vietnam Selatan dan dipekerjakan di Kedutaan Besar, pada misi-misi U.S.O.M. dan M.A.A.G dan berbagai lembagai resmi. Diperkirakan, anggaran belanja untuk rencana ini sebesar sampai 24 juta dollar yang disalurkan liwat Bank of America, Hongkong Shanghai Banking Corporation, dan Bank of Tokio. Awal September, Kennedy mengirim McNamara dan Taylor untuk melakukan inspeksi ke Vietnam Selatan. Karena utusan Gedung Putih ini tak dapat sambutan dari Ngo Dinh Diem dan Ngo Dinh Nhu, maka mereka bertemu langsung dengan 25 dari 28 panglima daerah militer dan panglima divisi. 2 Oktober 1963 Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan deklarasi 5 pasal yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap Pemerintah Ngo Dinh Diem. Di samping itu, Duta Besar Cabot Lodge menuduh Pemerintah Saigon "menyabot usaha perang yang dilancarkan Amerika". Duta Besar Cabot Lodge yang anti-pati terhadap keluarga Ngo berpendapat, bahwa Ngo Dinh Diem dan Ngo Dinh Nhu tak akan mampu memenangkan perang.

1 November 1963 terjadi coup d'etat. Ngo Dinh Diem dan Ngo Dinh Nhu terbunuh. Yang melakukan coup adalah para perwira Angkatan Bersenjata Vietnam Selatan. Berdirilah Junta Militer yang dikepalai jenderal Duong Van Minh. Madame Nhu dengan keras menyerang Pemerintah Kennedy dengan mengatakan, bahwa suaminya dan saudara sepupunya telah dibunuh secara kejam atas restu resmi atau tidak resmi dari Pemerintah Amerika Serikat. Yang jelas, Duta Besar Amerika Serikat di Saigon mengakui bahwa mengetahui akan terjadinya coup, hingga telah dua kali menawarkan asylum ke Amerika bagi Ngo Dinh Diem.
Komentator Harian Mainichi Shimbun 7 November 1963 menulis, bahwa Amerika Serikat sudah sejak lama bermaksud menggulingkan Pemerintah Ngo Dinh Diem. Para pemimpin Amerika, baik yang di Washington, maupun yang di Saigon tak pernah menghentikan usahanya ini, sampai terjadinya coup d'etat 2 November. Buletin informasi mingguan Partai Demokrat 11 November 1963 menyatakan, bahwa coup d'etat itu sudah dua tahun lamanya dipersiapkan, dan lampu hijau sudah diberikan oleh Taylor kepada jenderal Duong Van Minh, ketika dia mampir di Saigon dalam bulan Oktober 1961.

27 Januari 1964 di depan Kongres McNamara menyatakan ramalan, bahwa "perang melawan kaum komunis di Vietnam Selatan menjadi berbalik jelek, walaupun telah digulingkannya Ngo Dinh Diem. Amerika Serikat harus bersiap-siap mengambil semua langkah yang diperlukan untuk mencegah kemenangan jatuh ke tangan komunis". (Hai Thu – Binh Thanh 1964: 15) Tiga hari kemudian, langkah yang dimaksudkan itu diwujudkan pada tanggal 30 Januari 1964, jam 03:30 pagi. Pada hari itu, UPI memberitakan bahwa kalangan yang paling mengetahui menyatakan, bahwa jenderal Nguyen Khan yang bekerjasama erat dengan Amerika telah mendapat nasehat untuk melancarkan coup d'etat dan membentuk sebuah Dewan Militer Revolusioner. Pada malam hari itu, Duta Besar Cabot Lodge sudah tahu, bahwa akan terjadi coup d'etat Tilgram dari Kantor Berita A.P. 31 Januari 1964 sudah memberitakan: Presiden Johnson sudah tahu bahwa pemberontakan akan segera dimulai.

30 Januari 1964 jenderal Nguyen Khanh menggulingkan Duong Van Minh. UPI melaporkan, bahwa jenderal Nguyen Khanh melakukan coup atas dorongan pembantu-pembantu Amerikanya. Berdirilah Dewan Militer Revolusioner. Dilaporkan juga, bahwa pada malam 29 Januari 1964, Duta Besar Amerika Cabot Lodge sudah diberi tahu tentang akan terjadinya coup d'etat. AP melaporkan, bahwa Presiden Johnson sudah mendapat laporan sebelumnya dan mengikuti terus perkembangan berikutnya. Dengan demikian, dalam tempo 90 hari berlangsung dua kali coup d'etat di Vietnam Selatan. Dua-duanya direkayasa oleh pengusa Amerika Serikat untuk membangun pemerintah yang anti-komunis, demi membasmi kaum komunis Vietnam. Sesuai dengan harapan Amerika Serikat untuk membasmi kaum komunis di Vietnam, “1 Februari 1964 Ketua Dewan Militer Revolusioner, Nguyen Khanh, mengumumkan Dekrit No 93 yang menyatakan kaum komunis dan netralis berada di luar hukum.” (Ziap 1966: 132) Dengan satu dekrit dari Ketua Dewan Militer Revolusioner, kaum komunis dan netralis dijadikan musuh negara yang harus dibasmi.
Tergulingnya Pemerintahan korup Ngo Dinh Diem diikuti oleh berkembangnya perang gerilya. Dimulai dengan bersenjatakan bambu, meningkat jadi bersenjata modern yang dapat dirampas dari musuh. Akhirnya, pasukan gerilya jadi bersenjata berat yang mampu menjatuhkan pesawat-pesawat terbang Amerika. Senjata-senjata modern Amerika yang dipasok untuk pasukan Vietnam Selatan banyak yang dapat dirampas kaum gerilya, termasuk senapan mesin otomatis 75 mm yang sangat handal melawan kendaraan-kendaraan amfibi M.113. Desa-desa berobah menjadi benteng-benteng pertahanan pasukan gerilya yang diperlengkapi dengan perbentengan anti serangan udara, alat-alat komunikasi elektronis, tempat persembunyian yang tahan serangan bom dan artileri.

Pasukan gerilya kian menguasai taktik-taktik bertempur yang baru. Dari semulanya mampu membasmi pos-pos musuh yang dijaga puluhan prajurit, meningkat menjadi mampu membasmi pos-pos dengan ratusan pengawal. Dari hanya mampu bertempur di daerah pegunungan, menjadi mampu bertempur di dataran terbuka, sampai-sampai bisa menyerang secara mendadak kota-kota kecil. Dan dengan berkordinasi dengan berbagai satuan pasukan, mampu melakukan serangan serentak terhadap sejumlah pos musuh.
Pasukan Amerika mendidik pasukan Vietnam Selatan dengan ajaran, bahwa mereka adalah berjuang untuk kepentingan "dunia bebas", untuk "kemerdekaan nasional" yang semuanya didasarkan pada kebencian, pada anti-komunisme. Tapi dalam kenyataan, dikalangan pasukan Amerika terdapat mereka yang sewenang-wenang melakukan pembakaran desa-desa, penyiksaan, pemerkosaan, pembantaian besar-besaran atas wanita dan anak-anak. Mereka dididik oleh pasukan Amerika untuk menjadi tukang teror. Bukan saja terhadap rakyat, tapi juga di kalangan mereka sendiri. Hingga rakyat menjuluki mereka sebagai "setan".

Sesudah empat tahun berlangsung perjuangan politik dan militer, maka korban kian besar di kalangan pasukan Vietnam Selatan yang dikomandoi perwira-perwira Amerika Serikat. Pasukan Vietnam Selatan jadi brantakan, jumlah terbanyak "perkampungan strategis" dihancurkan, jawatan-jawatan sivil jadi tak berfungsi. Pertengahan tahun 1965, empat per lima daerah Vietnam Selatan dengan 10 juta penduduknya dibebaskan. Inilah yang menandakan bangkrutnya "Perang Khusus". Washington terpaksa mengambil langkah baru: mengirim pasukan Amerika Serikat untuk berperang di Asia.
Sesudah rencana "pasifikasi" Vietnam Selatan dalam tempo 18 bulan pada tahun 1961 berlalu, ternyata Plan Staley-Taylor tidak terlaksana. Amerika Serikat dengan segala cara tetap membela rezim Vietnam Selatan, memperkuat persenjataan pasukan Vietnam Selatan dengan mengirim helikopter-helikopter HU.1B dan mobil-mobil amfibi M.114. Jenderal Harkins menyatakan, bahwa pasukan Vietcong akan dicekik tenggorokannya mulai Februari 1963.

Mulai 3 Januari 1963, serangan pasukan Vietnam Selatan dengan "penasehat-penasehat" Amerika dipusatkan pada Camau, satu daerah yang dikuasai pasukan gerilya. Didaerah ini, dua pertiga tambang batubara dan semua sumber perikanannya dikuasai oleh pasukan gerilya. Serangan mendadak dilakukan dengan mengerahkan secara rahasia 30 kesatuan pasukan marine dari Vung Tau, diikuti juga oleh 2 resimen infantri dari Divisi ke-7 dan 3 batalyon angkatan Laut dan rangers. Serangan direncanakan untuk tiga bulan. Tapi terpaksa dihentikan, setelah dua bulan berlangsung, dengan korban-korban sebanyak 600 orang, termasuk diantaranya seorang kapten Amerika, sebuah kapal meriam tenggelam dan 18 lainnya rusak, 1 pesawat terbang ditembak jatuh.

Dari pertempuran Apbac, secara beruntun pasukan gerilya berhasil mematahkan serangan terhadap Camau, Duc Thang, Giong Trom (Ben Tre), Ben Cat, Dan Thang dan Lam Son, Selatan Quang Ngai, Loc Ninh. Pertempuran Loc Ninh menunjukkan kemajuan taktik Pasukan Bersenjata Pembebasan, yang kini mampu dengan sukses mematahkan serangan pakai pesawat terbang dan helikopter. Peristiwa ini mempercepat Amerika memutuskan untuk mengganti Ngo Dinh Diem dengan tuduhan menyia-nyiakan usaha perang demi kepentingan mempertahankan kekuasaan pribadinya.

Dari Januari sampai akhir Juni 1963 berlangsung 10.470 serangan. 800 diantaranya mengerahkan satu atau beberapa batalyon. Dalam serangan ini, 33.374 orang dibasmi atau cedera, 1.741 ditawan, 5000 pucuk senjata dirampas, 342 kendaraan militer dihancurkan termasuk diantaranya 62 M.113, 192 pesawat terbang ditembak jatuh, 2500 "perkampungan strategis" dihancurkan sampai rata.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog