Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

20 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di Asia

X. PERANG KOREA (V)

Sukarelawan Tiongkok Membantu Korea

4 Oktober 1950 berlangsung sidang CC Partai Komunis Tiongkok mendiskusikan masalah pengiriman pasukan membantu Korea. Ketua Mao Zedong meminta masukan dari pengikut sidang mengenai akibat-akibat negatif, jika mengirim pasukan membantu Korea. Setelah mendengar berbagai pendapat, Ketua Mao Zedong menyatakan: "Kawan-kawan adalah beralasan berpendapat demikian. Tetapi bagaimanapun juga, kita tak bisa berpangku tangan saja dikala bangsa lain mengalami krisis" (Memoirs...Marshal 1984: 472) Sore hari berikutnya, CC PKT melanjutkan sidang. Dalam sidang ini, Marsekal Peng Dehuai menyatakan: "Adalah perlu untuk mengirim pasukan membantu Korea. Jika Tiongkok dilanda peperangan, ini hanya berarti perang pembebasan diperpanjang beberapa tahun. Amerika Serikat akan mempunyai dalih untuk menduduki Tiongkok kapan saja, jika pasukannya menetap di pinggir Sungai Yalu dan Taiwan".. (Idem: 474). Sidang itu memutuskan untuk mengirim Marsekal Peng Dehuai memimpin pasukan sukarela membantu Korea.

18 Oktober 1950 Peng Dehuai dengan pasukannya menyeberangi Sungai Yalu. 19 Oktober 1950 pagi sampai di stasiun pembangkit listrik Ragocho. Tanggal 20 Oktober pagi, sampai di kota kecil Bukjin. Sebagian pasukan terdepan musuh terdesak mundur ke pinggir Sungai Yalu.
21 Oktober 1950, satu divisi dari Gabungan Pasukan ke-40 sukarelawan meliwati Bukjin dan membasmi pasukan Syng Man Rhee, tidak jauh di luar kota. Kampanye pertempuran besar yang pertama adalah tak terduga-duga. Dengan menggunakan ciri-ciri luwes dan gerak cepat, pertempuran di daerah Unsan dekat Bukjin memaksa pasukan Korea Selatan mundur. Pertempuran besar pertama dimenangkan sukarelawan Tiongkok tanggal 25 Oktober 1950. Dengan demikian, pasukan sukarelawan mendapat tempat tumpuan yang kuat.

Berkat tingkat mekanisasinya yang maju, pasukan-pasukan Amerika Serikat, Inggeris dan Korea Selatan mampu mundur dengan kecepatan tinggi ke Sungai Chongchon dan ke daerah Kechon, dimana mereka membangun perbentengan. Pasukan sukarelawan tidak mengejar mereka, karena kekuatan induknya belum terbasmi, walaupun telah dimusnahkan sebanyak enam atau tujuh batalyon Korea Selatan dan sejumlah pasukan Amerika Serikat. Dengan cepat pasukan yang mundur itu membangun perbentengan, dan menggunakan tank-tank sekian banyak hingga merupakan sati sistim pertahanan.
Dalam taktik, pasukan sukarelawan dengan sengaja menunjukkan dirinya lemah, hingga meningkatkan kelengahan pasukan Korea Selatan, membiarkan mereka bersimaharajalela dan memancingnya masuk jauh ke daerah yang diinginkan untuk digempur. Sementara sejumlah kecil pasukan mengikat musuh, kekuatan induk sukarelawan memusat di Bukjin dan menggunakan daerah yang menguntungkan untuk membangun persembunyian sekitar 30 km dari titik dimana musuh akan menyerang.

Bagi Amerika Serikat, musuh yang sesungguhnya adalah Uni Soviet. Perang Korea hanyalah langkah untuk membendung. Berlangsungnya perang dengan Tiongkok bisa menjadi langkah pembendungan yang terbesar. Kepala Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat jenderal Omar Bradley menyatakan: "Secara terus terang saja, sidang Gabungan Kepala Staf berpendapat bahwa strategi memperluas perang sampai dengan Tiongkok akan menempatkan kita pada tempat yang salah, pada waktu yang salah, yang juga berarti melakukan perang yang salah terhadap musuh yang salah". Oleh karena itu, untuk mencegah perluasan perang, Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika Serikat harus menjauhi daerah perbatasan Tiongkok dan Uni Soviet.

Dalam pertemuannya dengan Presiden Truman, Mac Arthur telah menjamin, bahwa Tiongkok tidak akan ikut perang. Tetapi menghadapi kenyataan yang terjadi, Washington sudah mulai curiga. Truman menugaskan Gabungan Kepala Staf untuk meminta kepada Mac Arthur, supaya memberikan penilaian baru mengenai perkembangan di Timur Jauh. 4 November 1950, Mac Arthur menyatakan sebagai berikut: "Sekarang masih belum mungkin memberikan penilaian yang tepat atas tindak tanduk Partai Komunis Tiongkok di Korea Utara. Berdasarkan informasi yang datang dari garisdepan, terdapat segala kemungkinan yang bisa terjadi. Kemungkinan paling jelek adalah: Tiongkok dengan semua kekuatannya secara terbuka ikut perang". (Quan Qiu Chu Ji 1997: 71)

Untuk mencegah pasukan Tiongkok secara besar-besaran masuk Korea, Mac Arthur memerintahkan pemboman menghancurkan instalasi-instalasi penting, pabrik-pabrik, kota-kota dan daerah pedesaan, dengan cepat menghancurkan jembatan melintas Sungai Yalu, yang merupakan jembatan lalu-lintas internasional. Dalam waku dua minggu sesudah serangan udara tersebut, dia ingin sekitar 15 November melakukan serangan darat maju sampai ke pinggir Sungai Yalu. Dengan demikian, bisa mengakhiri perang. 6 November 1950, Mac Arthur memerintahkan Panglima Angkatan Udara Timur Laut Amerika Serikat untuk mengerahkan 90 bomber B-29 untuk membom jembatan Sungai Yalu. Panglima Angkatan Udara tersebut minta terlebih dulu supaya ada persetujuan Kepala Gabungan Kepala Staf. Truman masih ragu-ragu untuk menyetujui rencana Mac Arthur, karena menyerang tapal-batas Korea-Tiongkok akan menimbulkan masalah diplomatik. Tapi dia masih percaya kepada pejabat-pejabat tinggi militernya. Akhirnya, mengenai rencana Mac Arthur ini, Omar Bradley menyatakan: "Biarlah dia melaksanakannya !"
Mac Arthur secara besar-besaran mengerahkan pesawat pembomnya menghancurkan jaringan lalu lintas di Korea Utara, hingga daerah ini menjadi lautan api. Pemboman ini membikin kota-kota di daerah itu hampir musnah sama sekali. Kemudian, Mac Arthur melaporkan, bahwa pesawat-pesawat tempur MIG Soviet dengan penerbangnya orang Tiongkok yang datang dari Barat Sungai Yalu telah menyerang pasukannya. Ini membahayakan Pasukan PBB. Dia minta petunjuk baru, yang berarti agar dihapuskan pembatasan serangan atas daerah luar tapal batas Korea Utara..
Omar Bradley berpendapat, bahwa dengan beroperasinya pesawat MIG Soviet dengan penerbang Tiongkok, maka Perang Korea telah memasuki suatu tahap baru. Gabungan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Amerika Serikat setelah mempertimbangkan secara mendalam, memutuskan menyetujui rencana Mac Arthur untuk dibolehkan menyerang masuk tapal batas Tiongkok sejauh 6 - 8 kilometer, membasmi pesawat-pesawat Tiongkok, termasuk yang berada di landasan-landasan terbang mereka.

Musim salju akan datang. Pasukan sukarelawan tak juga menyerang. Mac Arthur merencanakan untuk melancarkan serangan umum besar-besaran dengan mengerahkan 250.000 pasukan di semua garis pertahanan, menyerang untuk membasmi pasukan sukarelawan Tiongkok sampai ke pinggir Sungai Yalu.
Satu hari pertengahan bulan November 1950, Mac Arthur melakukan penerbangan pengintaian. Dari Markas Besarnya disiarkan seruan kepada pasukannya, supaya bersiap untuk maju ke Sungai Yalu, dan bisa pulang sebelum Hari Natal. 25 November 1950 berlangsung serangan terhadap pasukan sukarelawan. Pasukan sukarelawan mengirim pasukan kecil untuk memancing mereka. Menjelang hari gelap, pasukan Mac Arthur masuk daerah garis pertahanan Unsan-Kusong., tempat yang direncanakan sukarelawan untuk menggempurnya. Dalam keadaan pasukan itu kelelahan setelah bertempur selama satu hari dan belum sempat beristirahat, pasukan sukarelawan menggempurnya dengan serangan mendadak, sampai bertempur menggunakan granat tangan dan bayonet. Keunggulan pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam senjata-senjata modern jadi tak berguna. Pertempuran yang demikian belum pernah dialami pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Inilah kemenangan besar kedua, kampanye operasi pasukan sukarelawan. Dalam operasi ini, Pasukan PBB kehilangan tidak kurang dari 6000 kendaraan, lebih dari 1000 tank dan kereta-meriam. Pasukan PBB mundur ke Selatan dalam keadaan kacau-balau, meninggalkan Pyongyang dan kembali ke garis lintang 38 derajat. Kampanye operasi ini telah meletakkan dasar kemenangan perang melawan agresi Amerika Serikat dan membantu Korea. Pada akhir kampanye ini, Republik Rakyat Demokrasi Korea telah merebut kembali semua daerah yang jatuh ke tangan Pasukan PBB.

30 November 1950, dalam satu konferensi pers, Presiden Truman menyatakan: bahwa "..Tiongkok sudah menggunakan pasukan secara besar-besaran menyerng kita, dan serangan ini masih terus bertambah….." (Quan Qiu Chu Ji 1997: 77)
Sesudah merebut kemenangan dalam kampanye serangan kedua, pasukan sukarelawaan pada pertengahan bulan Desember 1950 menyusup ke garislintang 37 derajat, -- daerah Suwon --.. Akhir Januari 1951, Pasukan PBB melancarkan serangan balas, menyusul kegagalannya memancing pasukan sukarelawan terperosok ke daerah perbentengannya sepanjang sungai Rakdong. Pasukan sukarelawan mengerahkan 5 gabungan pasukan melawan serangan ini. Dalam pertempuran ini, pasukan sukarelawan membasmi hampir dua divisi Pasukan PBB, menimbulkan korban sebanyak 2000 orang. Hampir semua yang terbasmi itu adalah campuran pasukan Perancis, Belgia dan Luxemburg. Pasukan Amerika yang terbasmi kurang dari satu batalyon. Seranganbalas "Pasukan PBB" ini dipatahkan oleh pasukan sukarelawan.

Pertengahan Desember 1950, pasukan sukarelawan dengan diam-diam mendekati garis lintang 38 derajat. Sesudah meneliti kedudukan musuh dengan seksama, dipersiapkan segala-galanya untuk ofensif. Malam tanggal 31 Desember 1950, pasukan sukarelawan menyerbu garis lintang 38 derajat, merebut Seoul dan menyeberangi Sungai Hangang untuk merebut kembali pelabuhan Inchon dan memukul mundur musuh ke garis lintang 37 derajat. Mac Arthur mendatangkan empat divisi pasukan dari Jepang dan Amerika dan memusatkannya sepanjang garis pertahanan Sungai Rakdong. Pasukan ini juga diperkuat dengan prajurit-prajurit veteran yang didatangkan dari Eropa. Pasukan PBB yang ditarik mundur dari daerah Hamgyong di front Timur juga dikirim untuk memperkuat pertahanan Sungai Rakdong.

Dalam masa tiga bulan semenjak masuk Korea, pasukan sukarelawan sudah melakukan tiga kampanye pertempuran besar berturut-turut dalam musim salju yang berat. Pertempuran dilakukan tanpa dukungan angkatan udara, tanpa meriam-meriam penangkis serangan udara yang memadai untuk melindungi diri dari pemboman-pemboman yang dahsyat. Selama tiga bulan itu, sehari pun tak bisa beristirahat, karena selalu mengalami pemboman dan jadi sasaran serangan meriam jarak jauh. Karena garis suplai menjadi bertambah panjang, adalah sulit sekali untuk memecahkan masalah suplai bagi pasukan di front depan. Kekuatan pasukan sukarelawan sudah berkurang hampir separohnya karena akibat pertempuran-pertempuran dan lain-lain. Sungguh diperlukan tambahan kekuatan, istirahat dan reorganisasi pasukan sebelum maju lagi ke pertempuran baru.
Di front Timur, pasukan sukarelawan bersama pasukan Korea Utara melakukan tekanan terhadap musuh. Satu dari empat satuan pasukan sukarelawan maju terlalu jauh hampir sampai garis lintang 37 derajat. Mereka menghadapi masalah suplai dan sangat sulit memecahkan soal makanan. Para prajurit menjadi sangat kewalahan ketika mereka kembali ke posisi semula. Satu divisi yang melakukan pemindahan posisi secara terang-terangan mendapat serangan udara dan dikepung oleh pasukan bermotor Amerika Serikat hingga mengalami kerugian berat, yaitu korban sebanyak 3000 orang. Kerugian yang dialami pasukan sukarelawan dalam pertempuran ini adalah yang terberat selama Perang Korea.
Sesudah itu berlangsung pertempuran dahsyat yang melibatkan satu juta prajurit di masing-masing fihak. Pasukan sukarelawan berhasil membasmi batalyon demi batalyon pasukan Amerika Serikat dalam enam atau tujuh kesempatan, dan membasmi satu divisi pasukan Syng Man Rhee.

27-28 November 1950 Mac Arthur berkirim tilgram ke Washington menyatakan bahwa "Tiongkok telah mengirim pasukan dalam jumlah besar ke Korea, dan ini terus bertambah banyak …. Kita sedang menghadapi satu peperangan yang sama sekali baru".. (Quan Qiu Chu Ji 1997: 76) Dia menaksir jumlah pasukan sukarelawan sebanyak 200.000 orang. Sesungguhnya berjumlah kira-kira 300.000 orang.
30 November 1950, Presiden Truman dalam Konferensi Persnya menyatakan: "Tiongkok sudah mengirim pasukan dalam jumlah besar menyerang kita, dan serangan ini terus meningkat. Karena itu, sebagian besar 'Pasukan PBB' ditarik mundur. Sekarang ini situasi di medan perang tidak stabil. Mungkin kita akan terus menerus mundur, sebagaimana kekalahan yang lalu. Tetapi Pasukan PBB tidak bermaksud untuk melonggarkan pelaksanaan misinya di Korea….". "Kita akan selalu melalui PBB mengkordinasi semua aksi demi mencegah agresi yang kali ini ditujukan pada Korea. Kita harus berusaha lebih keras, membantu negara-negara bebas lainnya memperkuat pertahanan mereka untuk menghadapi bahaya agresi dari daerah lain. Kita akan memperkokoh kekuatan militer kita sendiri". (Idem: 77-78). Sehabis Truman menyampaikan keterangannya, ada wartawan menanyakan masalah menggunakan bom atom. Truman berkata: "Kami memang sedang mempertimbangkan penggunaannya. Saya tak mengharapkan penggunaannya dalam waktu dekat. Senjata itu adalah sangat menakutkan, tak seharusnya dipakai terhadap laki-laki, wanita-wanita, anak-anak yang tak ada hubungan dengan strategi militer. Tapi bom atom sudah pernah dipakai, keadaan itu sudah tak dapat dihindari". (Idem: 78).
Berita wawancara tentang penggunaan senjata nuklir ini tersebar ke seluruh dunia. Winston Churchill yang keras anti-komunis, menentangnya. Perdana Menteri Inggeris Attlee memutuskan untuk pergi ke Washington berunding dengan Truman mengenai penggunaan senjata nuklir.

Malam 1 Desember 1950 datang laporan dari front depan yang menyatakan, bahwa terjadi perobahan di medan pertempuran. Mac Arthur melapor ke Washington: "Sudah sangat jelas, bahwa jika tak ada tambahan angkatan darat dalam jumlah besar, pasukan kita akan terus menerus mundur, daya bertahan terus menerus melemah,…." (Idem: 79). 3 Desember 1950 Mac Arthur memerintahkan mundur. 16 Desember 1950 seluruh Pasukan PBB difront Barat mundur ke Selatan garislintang 38 derajat. 23 Desember 1950 panglima Gabungan Pasukan ke-VIII, letnan jenderal Shook gugur dalam kecelakaan lalulintas.
Pertengahan Februari 1951, secara besar-besaran "Pasukan PBB" menyerbu arah Utara, setelah mereka gagal memancing pasukan sukarelawan masuk ke daerah Sungai Rakdong. Pasukan sukarelawan bertempur dengan sengit, sambil mundur meninggalkan posisi satu demi satu. Selama 40 hari "Pasukan PBB" mendesak maju sampai garislintang 38 derajat. Sesudah itu, pasukan sukarelawan melakukan serangan balas di front Barat, hingga menekan "Pasukan PBB" mundur ke Seoul. Dengan mati-matian, Seoul dipertahankan. Banyak pasukan ditempatkan di luar kota Seoul. Setelah mencapai garislintang 38 derajat, "Pasukan PBB" tak mau mundur..
Mac Arthur berpendapat, bahwa Tiongkok komunis adalah musuh bebuyutan Barat dan adalah ancaman terbesar bagi masa depan Asia. Di kalangan pucuk pimpinan Amerika Serikat terdapat perbedaan pendapat mengenai masalah strategi: Eropa yang utama atau Asia yang utama. Yang mengutamakan Eropa, mempunyai alasan bahwa Eropa mempunyai industri yang maju, tenaga manusia, ilmu dan tekhnologi, dan secara kultural dekat dengan Amerika. Sedangkan Mac Arthur berpendapat, bahwa menghadapi kenyataan Tiongkok komunis sudah terjun dalam peperangan, maka bahaya penyebaran komunisme ada di Asia; nasib masa depan dunia akan ditentukan oleh Asia.
Langkah-langkah yang direncanakan Mac Arthur sebenarnya menjurus pada mengepung Tiongkok. Artinya seluruh kekuatan Pasukan PBB dipergunakan untuk menyerang Tiongkok. Dalam suratnya 15 April 1951, Mac Arthur berpendapat, : "Ada sementara orang yang sulit memahami soal berikut ini: 'Resiko dari bayang-bayang Partai Komunis yang sudah sampai di Asia, adalah: dunia akan mereka kuasai'. Jika kita kalah terhadap kaum komunis Asia, maka Eropa akan masuk perangkap. Jika kita menang dalam perang ini, Eropa mungkin sekali terhindar dari perang, bahkan bisa mempertahankan sistim liberalisme". "Nasib masa depan dunia akan ditentukan oleh Asia" 9). (Idem, hal 85). Mengenai pandangan MacArthur ini Truman berpendapat, bahwa pandangan "Partai komunis memutuskan untuk memusatkan kekuatan di Asia adalah betul-betul pandangan yang perfek".10). (Idem : 86)
Disamping itu, terdapat pula perbedaan pendapat mengenai melancarkan perang menyeluruh atau perang lokal di Korea. Mac Arthur berpendapat, bahwa agar untuk selama-lamanya bisa bebas dari bahaya komunisme, haruslah mengerahkan semua tenaga tanpa ragu-ragu meledakkan perang dunia ke-III melawan Uni Soviet. Pendeknya: sekali berperang pasti jadi perang besar. Lakukan perang di Asia, dengan menggunakan Angkatan Laut, Udara dan Darat Amerika Serikat serta senjata nuklir, demi membela peradaban Barat. Sedangkan Truman berpendapat, bahwa Perang Korea haruslah hanya perang lokal. Perbedaan besar terjadi antara Mac Arthur di satu fihak, dan Truman, Acheson dll difihak lain. Mac Arthur menempatkan kedudukan strategis Asia yang utama, Eropa yang kedua. Sedangkan menurut Truman, Eropa yang utama, Asia yang kedua. Mac Arthur mau memenangkan Perang Korea sampai tuntas, Truman mau perletakan senjata, kemudian memperluas dan memperkuat Sekutu.

11 April 1951, dalam satu konferensi pers tengah malam, Truman mengumumkan pemecatan dan penggantian Mac Arthur dengan Jenderal Ridgway. Ridgway bersikap mentaati strategi Washington, mencegah Perang Korea menjadi perang yang lebih luas. Dia masih diberi hak untuk menyerang dan membom daerah Tiongkok, yaitu daerahTimur Laut dan semenanjung Shandong. Richard Nixon yang sangat anti-komunis meminta Truman agar mencabut putusan pemecatan Mac Arthur dan memintanya agar dikembalikan ke kedudukan semula.

21 April sampai 29 April 1951 berlangsung pertempuran sengit 330.000 pasukan sukarelawan menyerang Gabungan Pasukan ke-VIII Amerika Serikat. Pasukan PBB mengerahkan pesawat-pesawat pembom melakukan 7420 kali pemboman. Banyak korban diderita pasukan sukarelawan. Pertempuran berkobar dahsyat. Dalam serangan pasukan sukarelawan tanggal 16 Mei 1951 di daerah garis lintang 38 derajat, satu batalyon artileri Amerika selama 24 jam menembakkan sebanyak lebih dari 10.000 tembakan meriam. Inilah pertempuran pakai meriam yang terdahsyat dalam Perang Korea. Kedua belah pihak saling bertahan di garislintang 38 derajat.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog