Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

20 Oktober 2009

PERISTIWA MADIUN, Realisasi Doktrin Truman Di Asia

Suar Suroso:


PENGANTAR PENULIS


Selama lebih setengah abad, semenjak tahun 1948, terus menerus diuar-uarkan bahwa PKI memberontak di Madiun. Dituduh menggulingkan negara Republik Indonesia. Mendirikan negara Sovyet di Madiun. Membunuhi kiyai-kiyai dalam Peristiwa Madiun. Ada yang menyebar-luaskan bahwa “Peristiwa Madiun adalah perang saudara di Indonesia”. “Peristiwa Madiun 1948 merupakan bukti pengkhianatan PKI". Begitu mengerikannya peristiwa ini, hingga ada pula yang menguar-uarkan bahwa “Peristiwa Madiun adalah peristiwa pembantaian terhadap umat Islam".

Banyak usaha pimpinan PKI di masa lalu membantah tuduhan-tuduhan ini. Antara lain mengeluarkan “Buku Putih Tentang Peristiwa Madiun” oleh Departemen Agitasi/Propaganda CC PKI, tahun 1954. Ada pedato pembelaan DN Aidit di muka Pengadilan Negeri Jakarta 1955 : “Menggugat Peristiwa Madiun” dan pedato di depan Parlemen RI 1956: “Konfrontasi Peristiwa Sumatera dan Peristiwa Madiun”. Yang paling baru adalah buku Pak Soemarsono Revolusi Agustus, Kesaksian Seorang Pelaku Sejarah, terbitan Hasta Mitra 2009. Buku ini memaparkan secara terperinci latar belakang dan proses Peristiwa Madiun. Sebagai seorang kader PKI dan tokoh gerakan pemuda yang ambil bagian dalam berbagai peristiwa bersejarah semenjak awal Revolusi Agustus, serta memainkan peranan penting dalam Peristiwa Madiun, Pak Soemarsono tampil dengan tangguh membela PKI, menyatakan Peristiwa itu bukanlah pemberontakan, tapi adalah tindakan membela diri.

Indonesia adalah bangsa yang heroik. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil perjuangan perkasa rakyat melawan kolonialisme. Bersama dengan semua kekuatan anti penjajahan, kaum nasionalis, golongan Islam dan penganut agama lainnya, sejak semula, dan dalam seluruh perjuangan anti-kolonial Belanda, kaum kiri dengan organisasinya PKI, baik legal maupun illegal ambil bagian secara aktif. Tanah buangan Digul, pulau penjara Nusa Kambangan menjadi saksi sejarah, bahwa kekuatan kiri, terutama PKI adalah kekuatan penting perjuangan melawan kolonialisme Belanda, merebut kemerdekaan nasional. Sejarah mencatat keperkasaan kaum kiri melawan kolonialisme Belanda. Tak sedikit yang dibunuh Belanda dan mati di tiang gantungan seperti Egom, Hassan dan Dirdja, Si Patai dan Si Manggulung, dan yang meninggal di tanah buangan Digul seperti Ali Archam dan lain-lain, yang dibunuh Keng Pei Tai Jepang, termasuk vonis mati kekuasaan fasis Jepang bagi Amir Sjarifoeddin.
Kaum kiri aktif dalam perjuangan bersenjata semenjak awal revolusi Agustus 1945. Bukan saja tangguh dalam perlawanan melawan kolonialisme dan fasisme, tapi kaum kiri Indonesia, terutama PKI mempunyai gagasan yang lengkap tentang masa depan Indonesia: mengalahkan kolonialisme, merebut kemerdekaan nasional, melenyapkan feodalisme, membangun Indonesia merdeka yang makmur, mewujudkan cita-cita sosialisme. Jelas-jemelas, sejarah mencatat pengorbanan dan bakti kaum kiri serta gagasannya membangun Indonesia baru. Inilah yang menyebabkan semenjak Pemerintah pertama RI yang lahir dalam Revolusi Agustus 1945, bersama Bung Karno, wakil kaum kiri ikut dalam Pemerintah RI. Semenjak remaja Bung Karno sudah tampil sebagai seorang tokoh nasionalis kiri, dengan gagasan-gagasan kolosal yang berpengaruh bagi perkembangan sejarah Indonesia. Di tahun 1926 Bung Karno sudah tampil dengan gagasan kerjasama kekuatan-kekuatan penganut nasionalisme, Islamisme dan Marxisme, yang kemudian menjadi Nasakom, mencetuskan Pancasila Dasar Negara dan mengajarkan Tri Sakti : bebas dalam politik, berdaulat dalam ekonomi serta berkepribadian dalam kebudayaan, bersikap teguh berjuang melawan imperialisme, mengambil prakarsa menggalang persatuan rakyat-rakyat Asia Afrika dengan menyelenggarakan Konferensi Bandung, jadi tokoh terkemuka dalam Gerakan Non Blok, bersatu dengan kekuatan kiri dan sampai akhir hayat membela gagasan Nasakom. Di kala Bung Amir Sjarifoeddin dijatuhi vonis hukuman mati oleh pemerintahan fasis Jepang, Bung Karno tampil membelanya, hingga selamat tidak dieksekusi.. Bung Karno adalah tokoh terkemuka kekuatan kiri dalam sejarah Indonesia.

Dalam Peristiwa Madiun, dengan Amerika memainkan peranan di belakang layar, terjadi pertarungan berbagai kekuatan politik, yaitu antara: Pemerintah dengan Hatta sebagai Perdana Menteri bersama pendukungnya kaum nasionalis, penganut agama Islam dengan inti Masjumi yang anti komunis, penganut aliran sosial demokrat dengan PSI yang anti komunis, anti Uni Sovyet, dan berorientasi ke Barat, golongan Trotskis yang anti PKI; melawan kekuatan kiri terutama PKI. Bung Karno yang membawakan suara Pemerintah Hatta pada permulaan peristiwa, dalam sidang kabinet tetap bersikap melindungi tokoh-tokoh kiri, yaitu menentang dibunuhnya tokoh-tokoh kiri yang telah tertangkap. Amerika yang semula memihak Belanda pada awal revolusi Indonesia, berobah haluan memihak Pemerintah Hatta dan dengan kuat mendukung Pemerintah Hatta yang menempuh politik sehaluan dengan Amerika membasmi kekuatan kiri, terutama PKI di Indonesia.
Dengan Peristiwa Madiun, semua kekuatan kiri telah disingkirkan dari kekuatan bersenjata dan Pemerintah Indonesia. Tokoh-tokoh pimpinan utama PKI dan pimpinan gerakan buruh Indonesia dibunuh mati tanpa pengadilan. Maka yang terjadi dalam Peristiwa sejarah ini adalah penyingkiran kaum kiri dari kekuatan bersenjata dan Pemerintah RI serta pembasmian pemimpin-pemimpin utama kaum kiri. Inilah yang diuar-uarkan sebagai pemberontakan PKI.

Tidak sedikit buku diterbitkan di dalam dan luarnegeri mengenai hal ini. Buku sejarah yang ditulis para wartawan, sastrawan, sejarahwan, termasuk buku pelajaran sejarah di sekolah menuduh PKI memberontak. Ini pengebirian sejarah. Pemalsuan sejarah mengakibatkan pengucilan sebagian anak bangsa. Memecah-belah bangsa. Di negeri mana pun di dunia, tuduhan memberontak adalah vonis mati bagi sang tertuduh.

Pembasmian atas kaum kiri dan pemalsuan sejarah berlangsung lebih berlarut-larut selama kekuasan rezim orba di bawah Suharto. Jelas-jemelas, kaum komunis, Sukarnois adalah pelaku sejarah yang aktif dan berjasa dalam melawan kolonialisme Belanda, merebut dan membela kemerdekaan nasional. Dengan memanipulasi Peristiwa G30S, PKI dan kaum kiri dan Sukarnois telah dijadikan sasaran pengutukan sebagai pengkhianat. PKI dilarang. Demikian pula ideologi revolusioner, Marxisme, yang oleh Bung Karno dinyatakan sebagai ilmu yang kompeten untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dinyatakan terlarang diseluruh Indonesia. Dengan membasmi kaum kiri dan Sukarnois, kekuasaan fasis rezim orba Suharto mendapat dukungan kekuasaan asing, terutama Amerika. Republik Indonesia yang merdeka berobah menjadi negara tergantung pada kekuasaan asing, menjadi kekuasaan jahiliyah dan melahirkan masyarakat jahiliyah. Pemalsuan sejarah terjadi secara semena-mena, terutama mengenai Peristiwa Madiun.

Pengebirian sejarah terjadi, karena Peristiwa Madiun ditinjau terlepas dari konteks situasi internasional waktu itu, yaitu terlepas dari mulai berkobarnya Perang Dingin. Seusai Perang Dunia kedua, Amerika dilanda histeria anti-komunisme. Histeria ini demikian mengerikan, hingga penguasa Amerika merasa serangan Uni Sovyet untuk membasmi Amerika sudah segera akan terjadi. Maka untuk menyelamatkan Amerika, dimana saja kaum komunis berada, harus dibasmi, dikucilkan dari kekuasaan negara. Inilah Doktrin Truman yang dikobarkan mulai tahun 1947. Doktrin Ini berhasil dilaksanakan di Yunani dan Itali. Juga menjalar ke Asia. Indonesia jadi sasaran pertama.
Duduknya Amir Sjarifoeddin sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia, dan adanya menteri-menteri dari golongan kiri dalam Pemerintahan Indonesia merupakan duri di mata penguasa Amerika. Ditambah lagi meningkatnya prestise Uni Sovyet di mata kaum kiri Indonesia kian mengerikan bagi Amerika. Dalam pembasmian kaum kiri di Indonesia, Amerika bukan saja terlibat, bahkan menjadi dalang di belakang layar.

Seusai Perang Dunia kedua, di Korea dan Vietnam juga kaum kiri tampil dan merebut kekuasaan politik. Untuk pembasmiannya dikobarkanlah Perang Korea dan Perang Vietnam. Mendahului Perang Korea dan Perang Vietnam, terjadi pembasmian kaum kiri di Indonesia. Peristiwa Madiun adalah pendahuluan realisasi Doktrin Truman di Asia. Tentang Perang Korea dan Perang Vietnam, Penulis juga memaparkannya dalam buku Bung Karno Korban Perang Dingin terbitan Hasta Mitra.

Peristiwa Madiun adalah salah satu realisasi Doktrin Truman di Asia. Kaum kiri tersingkirkan dari kekuatan bersenjata dan Pemerintah RI, pimpinan tertinggi PKI dan gerakan buruh terbunuh. Tapi pembasmian kekuatan kiri belumlah tuntas. Doktrin Truman berlanjut pelaksanaannya, hingga Bung Karno jadi korban Perang Dingin dan pimpinan utama PKI generasi kedua terbasmi. Tapi kekuatan dan gerakan kiri di Indonesia tidaklah punah.

Buku Peristiwa Madiun dan Doktrin Truman adalah sebuah kajian sejarah tentang kenapa terjadi pembasmian kaum kiri, dan tentang bagaimana proses pembasmian itu. Terutama dipaparkan tentang terlibatnya Amerika. Dan tentang peranan di belakang layar yang dimainkan Amerika. Semoga kajian ini bermanfaat bagi usaha penulisan sejarah yang bertolak pada cari kebenaran dari kenyataan.

*****

2 komentar:

  1. sungguh sebuah catatan yang mencerahkan.

    salam hangat dari borneo

    BalasHapus
  2. Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kita perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu

    BalasHapus

Arsip Blog