Bungarampai ini berisi tulisan-tulisan, baik yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, mau pun yang belum atau tidak dibukukan.

23 Oktober 2009

CATATAN FILSAFAT

SUAR SUROSO;

DIALEKTIKA
SENJATA MELAWAN PEMBODOHAN


IV. DARI HERAKLEITUS, LIWAT HEGEL, ENGELS DAN LENIN,
SAMPAI MAO ZEDONG.

Materialisme berkembang maju liwat perjuangan hidup mati. Dari materialisme primitif filosof Yunani kuno Demokritus yang mengajarkan bahwa materi terkecil adalah atom yang tak dapat dibagi lagi yang berada di ruang hampa, menjadi materialisme Epikurus yang mengajarkan atom-atom itu bergerak secara abadi dengan kecepatan yang sama, tidak mempunyai kwalitas kecuali bentuk, ukuran dan berat; berkembang jadi materialisme Feurbach yang metafisis, dan sampai pada materialisme Marx, materialisme dialektis.

Berkembangnya pandangan materialisme diikuti oleh kemajuan metode berfikir yang ilmiah. Metode berfikir manusia, metode memandang hal ihwal, berkembang dari metode sederhana sampai jadi kompleks. Dalam memandang alam semesta, filosof Yunani kuno Herakleitus mengajarkan dalam ungkapannya yang terkenal: Panta Rhei – segala-galanya mengalir, segala-galanya bergerak, segala-galanya berobah. Inilah metode berfikir dialektika.

Dialektika berkembang dari masa ke masa, sesuai dengan perkembangan sejarah manusia berfikir. Hegel adalah filosof Jerman yang mengembangkan metode berfikir dialektika dari Herakleitus. Hegel mengungkap, mendalami berbagai segi dan unsur dari dialektika. Marx menjungkir-balikkan dialektika Hegel, mengambil intinya, membuang seginya yang idealis dan menggantinya dengan yang materialis. Engels menulis dalam DIALEKTIKA ALAM: “Dialektika sebagai ilmu dari saling-hubungan universil; hukum-hukum pokoknya adalah: perobahan kwantitas dan kwalitas; saling menyusup antara kutub-kutub yang bertentangan dan saling berobah sesamanya; perkembangan melalui kontradiksi atau negasi dari negasi; perkembangan yang berlangsung dalam bentuk lingkaran spiral”. (F.Engels: DIALECTICS OF NATURE, hal. 17, Progress Publishers, Moscow, 1964). Dan dalam ANTI DUHRING Engels menulis: “Gerak itu sendiri adalah kondradiksi”. ”Jika perpindahan tempat yang sederhana mengandung kontradiksi, maka demikian pulalah dalam bentuk-bentuk gerak lebih tinggi dari materi, dan lebih istimewa lagi dalam kehidupan organik dan perkembangannya” …”Maka oleh karena itu hidup adalah kontradiksi …..begitu berhenti kontradiksi, maka hidup pun berakhir.” (F.Engels: ANTI DUHRING, halaman 167-168, Foreign Languages Publishing House, Moscow, 1954)

Lenin secara luas dan mendalam menstudi masalah dialektika. Dari mempelajari karya Hegel ILMU LOGIKA, Lenin mencatat 16 unsur dialektika sebagai berikut:
l. objektivitas dalam memandang hal ihwal,
2. pelajari keseluruhan saling-hubungan yang banyak segi dari hal ihwal,
3. pelajari perkembangan hal ihwal, geraknya sendiri, hidupnya sendiri,
4. pelajari kecendrungan kontradiksi internnya hal ihwal tersebut,
5. hal ihwal (gejala) harus dipandang sebagai jumlah dan persatuan segi-segi yang bertentangan,
6. perjuangan dari segi-segi yang bertentangan,
7. pemaduan analisa dan sintesa, --- terpecahnya bahagian-bahagian, penjumlahan bahagian-bahagian itu bersama,
8. saling hubungan setiap hal-ihwal,
9. bukan hanya persatuan dari segi-segi yang bertentangan, tetapi juga peralihan tiap-tiap kwalitasnya, peralihan penampilannya, segi-seginya menjadi tiap-tiap lainnya (lawannya yang berkontradiksi),
10.proses penemuan yang tak habis-habisnya atas segi-segi baru, saling hubungan dan lain-lain,
11.proses yang tak habis-habisnya dalam pendalaman pemahaman manusia atas hal-ihwal, gejala-gejala, berbagai proses dan lain-lain, dari gejala luar ke hakekat dan dari hakekat yang kurang mendalam ke yang lebih mendalam,
12.dari koeksistensi ke sebab dan akibat (kausalitas) dan dari satu bentuk saling hubungan ke bentuk yang lain, yang lebih mendalam, lebih bersifat umum.
13.pengulangan menjadi tingkat yang lebih tinggi dari penampilan tertentu sifat hal-ihwal,
14. pengulangan bagaikan kembali balik kepada yang lama, negasi dari negasi.
15.perjuangan isi dan bentuk dan sebaliknya. Pembuangan bentuk, transformasi isi,
16.peralihan kwantitas dan kwalitas dan sebaliknya. (Lenin: KUMPULAN KARYA, bahasa Russia, edisi ke-V, jilid XXIX, hal. 203-204)

Selanjutnya Lenin menulis: “Secara ringkas, dialektika dapat didefinisikan sebagai ajaran tentang persatuan segi-segi yang bertentangan. Ini adalah inti dialektika, tapi ini memerlukan penjelasan dan pengembangan”. (Lenin: KUMPULAN KARYA, bahasa Russia, edisi ke-V, jilid XXIX, hal. 204).

Dari 16 unsur dialektika ini, Lenin memusatkan pada tiga hal: 1. Persatuan dan perjuangan dari segi-segi yang berkontradiksi. 2. Perobahan sesuatu menjadi segi yang berlawanan, peralihan kwantitas jadi kwalitas dan sebaliknya. 3. Negasi dari negasi.

Lebih lanjut, dalam tulisannya TENTANG MASALAH DIALEKTIKA Lenin menulis: “Terbaginya suatu kesatuan menjadi dua dan pengenalan atas bagian-bagiannya yang berkontradiksi adalah hakekat (salah satu yang hakiki, salah satu karakteristik atau ciri yang pokok, jika bukan terpokok) dialektika…. Kesamaan dari segi-segi yang bertentangan… adanya tendens-tendens yang berkontradiksi, saling menyisihkan dan berlawanan di dalam s e g a l a gejala dan proses alam (termasuk jiwa dan masyarakat). Syarat bagi pengetahuan tentang semua proses dunia dalam “gerak sendiri” mereka, dalam perkembangan spontan mereka, dalam kehidupan nyata mereka, adalah pengetahuan tentang mereka sebagai kesatuan dari segi-segi yang bertentangan. Perkembangan adalah “perjuangan” dari segi-segi yang bertentangan. ….. Kesatuan (kesesuaian, kesamaan, keseimbangan-aksi) segi-segi yang berlawanan adalah bersyarat, sementara, tak kekal, relatif. Perjuangan segi-segi yang berlawanan yang saling menyisihkan adalah mutlak, sebagaimana juga perkembangan dan gerak adalah mutlak. (Lenin, Idem, hal. 316-322). Dalam banyak kesempatan Lenin mengemukakan, bahwa kontradiksi adalah inti dari dialektika.

Dari mempelajari karya-karya Lenin ini lah, Mao Zedong pada tahun 1937, tujuhpuluh tahun yang lalu, menulis karyanya TENTANG KONTRADIKSI. Karyanya ini dimulai dengan kalimat: “Hukum kontradiksi di dalam hal-ihwal, yaitu hukum kesatuan dari segi-segi yang berlawanan, adalah hukum terpokok dialektika materialis.” “Lenin sering menamakan hukum ini hakekat dialektika, juga menamakannya inti dialektika”.(EMPAT KARYA FILSAFAT KETUA MAO TJETUNG, hal. 47, Pustaka Bahasa Asing, Peking, 1970)

Semenjak pertengahan tahun limapuluhan abad lalu, karya Mao Zedong ini sudah dikenal di Indonesia. Antara tahun 1956 dan 1964, Jajasan Pembaruan sudah mencetak empat kali terjemahan Indonesia karya ini. Disamping itu, Pustaka Bahasa Asing Peking berkali-kali menerbitkan terjemahan Indonesia karya ini. Dan juga dimuat dalam PILIHAN TULISAN MAO TJE-TUNG jilid pertama serta terdapat berbagai edisi ukuran saku.

TENTANG KONTRADIKSI adalah karya filsafat. Sebagaimana karya filsafat pada umumnya, adalah tidak mudah untuk dicernakan dan dikuasai. Lebih-lebih lagi jika membacanya bukan dari bahasa aslinya. Tetapi karena pemaparannya yang populer, Mao Zedong bisa menguraikan inti dialektika, yaitu ajaran Tentang Kontradiksi yang mudah difahami.

Sayang, kesalahan dalam terjemahan menyebabkan kesalahan dalam memahaminya. Dalam edisi Indonesia yang diterbitkan Jajasan Pembaruan tahun 1958 hal 22, dan edisi tahun 1959 halaman 25, istilah Tionghoa gen ben diterjemahkan pokok; maka gen ben mao dun diterjemahkan menjadi kontradiksi pokok. Dalam edisi tahun 1958 di halaman 30, dan edisi tahun 1959 halaman 35 istilah Tionghoa zhu yao diterjemahkan juga jadi pokok; dan zhu yao mao dun juga diterjemahkan jadi kontradiksi pokok. Dengan demikian dua istilah Tionghoa yang berbeda artinya, yaitu gen ben mao dun dan zhu yao mao dun diterjemahkan menjadi kontradiksi pokok. Oleh karena itu adalah salah, memahami kontradiksi dasar sama dengan kontradiksi pokok. Yang rapih adalah terjemahan bahasa Russia, yang menggunakan kata osnovnoye protivoreciye untuk gen ben mao dun, dan glavnoye protivoreciye buat zhu yao mao dun.

Dengan karyanya TENTANG KONTRADIKSI Mao Zedong telah memperkaya filsafat Marxis, memperdalam ajaran tentang dialektika. Memahami dan menguasai karya ini berarti mempersenjatai diri dengan dialektika Marxis, metode berfikir ilmiah yang diperlukan untuk melawan pembodohan.

*******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog